Warga China Tetap Mudik untuk Imlek Meski Diminta Tak Berpergian
Warga China mulai pulang ke kampung halaman untuk Imlek meski pemerintah telah meminta mereka untuk tetap berada di rumah, di tengah usaha Beijing menekan penularan COVID-19.
Dikutip dari AP, libur Imlek akan dimulai pada Senin (31/1) mendatang dan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat yang bermigrasi ke Beijing dan kota-kota besar untuk kembali ke kampung halaman untuk mengunjungi orang tua, saudara, dan anak-anak yang mereka tinggalkan, atau berpergian ke luar negeri.
Sekitar 260 juta orang akan berpergian sejak liburan dimulai pada 17 Januari 2022, lebih sedikit dari sebelum pandemi, tetapi naik 46% pada tahun lalu. Pemerintah memperkirakan total 1,2 miliar perjalanan selama musim liburan, naik 36% dari tahun lalu.
“Saya tahu kami didorong untuk merayakan Imlek di Beijing, tapi saya belum pulang ke rumah selama tiga tahun,” kata seorang warga bernama Wang Yilei, yang kampung halamannya di Tangshan, di timur ibu kota.
“Orang tua saya semakin tua dan mereka menantikan untuk melihat saya,” lanjutnya.
Ibu kota China, Beijing, sedang memperketat kontrol untuk menahan penularan virus corona menjelang pembukaan Olimpiade Musim Dingin. Angka infeksi China lebih rendah dibandingkan India, Korea Selatan, dan negara-negara lain. Namun, pemerintah menantang strategi “tanpa toleransi” yang bertujuan untuk mencegah virus keluar dari China dengan mengisolasi setiap orang yang terinfeksi.
Atlet, wartawan, dan official di Olimpiade Musim Dingin diminta untuk menghindari kontak dari orang luar demi mencegah penularan. Sekitar 106 dari 3.695 orang yang tiba dari luar negeri untuk Olimpiade Musim Dingin sejauh ini dinyatakan positif COVID-19. Dua adalah atlet atau official tim.
Pihak berwenang di Beijing telah memerintahkan tes massal untuk lebih dari dua juta orang di ibu kota distrik Fengtai setelah ditemukan kasus di sana. Sejumlah keluarga diperintahkan untuk tidak meninggalkan rumah mereka.
Di tempat lain, 1,2 juta orang yang berlokasi 100 kilometer di selatan Beijing sedang dikembangkan sebagai tempat yang memungkinkan untuk memindahkan masyarakat dan meminta mereka untuk tinggal di sana.
Pembatasan juga diberlakukan di distrik Xiong’an minggu ini setelah ditemukan lima kasus dari mereka yang datang dari ibu kota, berdasarkan informasi yang beredar online dari warga setempat. Mereka mengatakan pembatasan akan berlangsung selama 7 hari.
Mereka yang berpergian wajib menunjukkan hasil negatif COVID-19 48 jam sebelum keberangkatan.
“Kami harus pulang ke rumah untuk Imlek selama kami bisa, jika kebijakan pencegahan setempat memperbolehkan kami,” kata mahasiswa bernama Wu Jinpeng, yang sedang dalam perjalanan dari pulau selatan Hainan menuju kampung halamannya di dekat Beijing.
Sejumlah warga menghadapi kemungkinan diperintahkan untuk karantina jika mereka tiba dari daerah berisiko tinggi COVID-19. Mereka dilacak dengan perangkat “kode kesehatan” di smartphone yang dapat mencatat ke mana mereka pergi dan hasil tes COVID-19.
“Saya menelepon hotline pemerintah kota asal saya dan mereka mengatakan saya dapat pulang, selama kode kesehatan saya hijau,” kata Sun Jinle, pegawai bank dari Qinhuangdao, timur Beijing.
“Jika saya tinggal di distrik Fengtai, Beijin, maka saya tidak bisa (pulang),” ujarnya.
“Syukurlah saya tinggal di distrik Tongzhou,” lanjutnya. Sebab, distrik Tongzhou tidak memiliki larangan perjalanan.