Via TikTok, Tentara Cantik Israel Umbar Kebencian terhadap Gerakan Kemerdekaan Palestina
TEL AVIV – Para tentara wanita muda dan cantik Zionis Israel menggunakan TikTok untuk menabur kebencian terhadap kelompok kemerdekaan Palestina .
Para tentara Zionis mem-posting apa yang para ahli sebut “thirst trap” saat pengepungan mereka di Jalur Gaza berlanjut.
Menurut para ahli, itu adalah bagian dari strategi yang lebih luas untuk mengumpulkan dukungan dan menyebarkan nasionalisme Zionis saat massa media sosial berkumpul mendukung rakyat Palestina untuk merdeka.
Salah satu video TikTok yang ramai beredar adalah aksi Natalia Fadeev, influencer yang juga tentara cadangan Zionis. Tentara wanita ini memiliki rambut pirang yang panjang dan subur, mata biru berbentuk almond, dan alis yang terawat. Natalia Fadeev secara sekilas memiliki kemiripan yang mencolok dengan model Gigi Hadid.
IDF yang telah membantai lebih dari 240 warga Palestina, telah lama memahami media sosial dengan kehadiran online yang kuat.
Ketika platform dibanjiri dengan gambar orang-orang yang melarikan diri dari serangan udara Israel, tentara IDF mencoba menyelamatkan muka dengan mengeluarkan konten pro-militer seperti memamerkan seragam mereka atau bertemu orang yang dicintai di perbatasan Gaza.
“Ada sejarah panjang di Israel tentang ikonografi militer yang mendukung keindahan berseragam sebagai simbol nasionalis,” kata Rebecca Stein, profesor antropologi budaya di Duke University dan penulis “Screen Shots: State Violence on Camera in Israel and Palestine”.
“Militer menggunakannya dengan cara baru untuk memenuhi kebutuhan momen digital,” ujarnya.
Dipercaya bahwa “thirst trap” bertujuan untuk menciptakan disonansi kognitif dengan laki-laki muda progresif yang mungkin mendukung pandangan pro-Palestina namun menganggap tentara Israel menarik.
Meskipun media sosial sebagai alat propaganda bukanlah hal baru, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) unik karena banyak tentaranya berusia antara 18 hingga 21 tahun—berkat wajib militer Israel— membuat mereka sangat paham media sosial.
“Israel adalah masyarakat militeristik, jadi ada dukungan yang lebih luas untuk jenis media tersebut, sedangkan di Amerika Serikat hal-hal seperti
tidak menjadi viral dengan cara yang sama,” kata Sophia Goodfriend, kandidat PhD antropologi budaya di Duke yang saat ini berbasis di Yerusalem.
Akun TikTok IDF diluncurkan pada tahun 2020 dan telah mengumpulkan hampir 100.000 pengikut hingga saat ini.
Namun, komentar di postingan berubah negatif karena kekejaman Israel terhadap warga Palestina baru-baru ini menjadi sorotan komunitas global.
“Ada perubahan besar dalam ekosistem media sosial, [dan] media sosial Palestina telah mendapatkan viralitas global dengan cara yang benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya, yang tidak terjadi dalam kampanye militer sebelumnya,” lanjut Stein, seperti dikutip dari Rolling Stone.
“Kami melihat konten dan pesan ini dikerdilkan oleh skala penggunaan media sosial Palestina dan solidaritas global. Militer sekarang menyadari bahwa mereka tidak akan pernah mengejar, mereka harus menemukan kembali strategi humas mereka. Itu telah gagal,” paparnya.
Namun, meskipun strategi yang lebih besar untuk menabur kebanggaan Zionis tersandung, beberapa penggemar akun IDF telah menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut.
“Tidak ada yang mau melihat badut ini,” bunyi komentar satu orang pada montase TikTok IDF yang memamerkan tentara laki-laki.
“Tolong tunjukkan kami gadis-gadis cantik dengan senapan,” lanjut komentar tersebut.