Ulama Saudi Kutuk Pembantaian Yahudi, Berdoa di Kamp Auschwitz
OSWIECIM – Ulama Arab Saudi yang juga Sekretaris Jenderal Liga Dunia Muslim (MWL), Mohammed al-Issa, mengunjungi kamp-kamp pembantaian umat Yahudi oleh rezim Nazi di Auschwitz hingga Birkenau, Polandia. Ulama tersebut juga memimpin doa di sekitar kamp tersebut.
Mohammed al-Issa dengan rombongan Muslim-nya bergabung dengan rekan-rekan dari Komite Yahudi Amerika (AJC) dalam sebuah tur lintas agama di kamp-kamp tempat kejahatan rezim Nazi Adolf Hitler. Ini merupakan pemandangan langka, di mana umat Islam secara terbuka menunjukkan solidaritas terhadap umat Yahudi.
Issa mengatakan dunia harus memastikan bahwa kejahatan Nazi semacam itu tidak akan pernah terjadi lagi. Sekjen MWL yang bermarkas di Makkah itu juga merupakan mantan menteri kehakiman Arab Saudi.
AJC mengatakan bahwa Issa memimpin delegasi 62 Muslim, termasuk 25 pemimpin agama terkemuka, dari sekitar 28 negara selama kunjungan tersebut. Pada satu kesempatan, rombongan ulama Muslim itu salat di sekitar Birkenau, bagian terbesar dari kamp dan tempat paling terkenal dari lokasi pembunuhan massal orang-orang Yahudi Eropa.
Tur kedua kelompok yang diwarnai dengan pelukan dan jabat tangan hangat dimulai beberapa hari menjelang peringatan 75 tahun pembebasan kamp oleh pasukan Soviet.
Para delegasi akan melanjutkan kunjungan ke Museum Sejarah Yahudi Polandia di Warsawa pada hari Jumat (24/1/2020), kemudian mengunjungi Sinagoga Nozyk dan sebuah masjid lokal. Mereka akan berbagi makanan antarumat agama.
Di kamp kematian, kelompok tur itu ditunjukkan bukti mengerikan tentang kengerian yang ditimbulkan Nazi pada tahanan kamp, yang sebagian besar adalah orang Yahudi meski juga ada sejumlah besar tawanan Roma, homoseksual, dan tawanan politik. Puncak tur akan menghadiri upacara peringatan di lokasi antara bekas kamar gas dan krematorium, di mana doa-doa umat Yahudi dan Muslim dibacakan atas nama korban Holocaust.
Nazi diyakini membunuh 1,1 juta orang di Auschwitz dari tahun 1940 hingga 1945, yang sebagian besar adalah orang Yahudi Eropa. Mereka membunuh sebagian besar korban di kamar gas.
CEO Komite Yahudi Amerika David Harris menyebut tur lintas-agama ini sebagai terobosan. Dia kepada Times of Israel sebelum perjalanan mengatakan tur mewakili delegasi paling senior dari para pemimpin Muslim yang pernah mengunjungi Auschwitz.
Dia percaya kunjungan ini akan meningkatkan pemahaman Muslim tentang Holocaust. “Agar pemimpin besar Muslim secara terbuka mengatakan bahwa Holocaust terjadi, bahwa itu mengerikan, bahwa kita harus mengingatnya, ini adalah perubahan besar,” kata kepala rabi Polandia Michael Schudrich ketika kelompok itu pulang-pergi antara Auschwitz dan Birkenau yang berdekatan.
“Merupakan hal yang bersejarah bahwa tingkat delegasi Muslim ini akan datang ke Auschwitz untuk tujuan nyata berkabung dan memberi penghormatan kepada (korban) genosida Yahudi yang terjadi di sini.”
Issa mengekspresikan kaget dan sedih ketika dia melihat tumpukan kaleng bekas Zyklon-B, gas yang digunakan untuk mencekik korban, bersama dengan gundukan kacamata, sepatu, syal ibadah, dan rambut manusia yang dikumpulkan Nazi dari tahanan yang masuk.
Banyak orang lain dari delegasi, baik Yahudi dan Muslim, bereaksi serupa.
Itu bukan kunjungan pertama Issa ke museum Holocaust. Dia mengunjungi Museum Peringatan Holocaust AS di Washington, DC, pada Mei 2018, dan menulis artikel opini di Washington Post pada Januari 2019 yang mengutuk “kejahatan keji” Nazi. Dia juga menyatakan bahwa “Muslim di seluruh dunia memiliki tanggung jawab untuk belajar tentang pelajaran Holocaust”.
“Saya mendesak semua Muslim untuk mempelajari sejarah Holocaust, untuk mengunjungi monumen dan museum dari peristiwa mengerikan ini dan untuk mengajarkan pelajarannya kepada anak-anak mereka,” tulis Issa, ulama yang dianggap sebagai sekutu Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman.
Robert Satloff, direktur eksekutif Washington Institute for Near East Policy, mengatakan bahwa Issa memiliki efek moderat pada Liga Dunia Muslim. Di bawah kepemimpinan Issa, Satloff mengatakan, organisasi itu telah mengubah pendekatannya untuk mengekang kelompok garis keras dan menjangkau kelompok agama lain.
Liga Duni Muslim, yang didirikan pada tahun 1962, disubsidi oleh pemerintah Arab Saudi. Organisasi ini juga mendukung pendirian masjid dan pusat Islam secara global.
“Baru-baru ini ada minat untuk mengambil risiko, dan jujur saja, risiko yang dihadapi umat Islam jauh lebih nyata daripada risiko yang dihadapi orang Yahudi. Itu bisa hidup dan mati,” kata anggota dewan Komite Yahudi Amerika Daniel Pincus kepada The Times of Israel tentang dorongan terbaru untuk kerja sama antaragama ini.
“Saya tidak merasa bahwa orang Yahudi menghadapi ini,” kata Pincus. “Orang-orang Yahudi yang pergi keluar dan mencoba melakukan hubungan Muslim-Yahudi atau hubungan Arab-Israel tidak menghadapi ancaman kematian dengan cara yang mungkin dilakukan oleh Muslim jika mereka kembali ke rumah.”