Wed. Dec 25th, 2024

Berita olahraga dan game online Trans7sport

Link altenatif Nagaliga : nagasuara.com ,trans7sport.com , Prediksinagaliga.com , nagaliga.xyz , nagaliga.me , nagaliga.info , nagaligasbo.com , nagaliga.best , nagaliga.club , nagaliga9.com , nagaligaqq.com , togelnagaliga.com

UEA Berambisi Bangun Koloni di Mars Pada Tahun 2117

DUBAI – Uni Emirat Arab (UEA) meluncurkan misi pertamanya ke Mars. UEA menjadi negara Arab pertama yang mengembangkan kemampuan sainsitifik dan teknologi untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak.

Misi bertajuk Hope Probe itu meluncur dari Pusat Antariksa Tanegashima, Jepang, kemarin pada pukul 06.58 waktu setempat. Misi dijadwalkan akan berjalan selama tujuh bulan menuju planet merah dan akan mengorbit di planet tersebut. Perjalanan 500 juta kilometer untuk mempelajari cuaca dan iklim planet Mars. Nanti misi itu akan mengirimkan data penelitian tentang atmosfer planet Mars.

UEA tak punya pengalaman mendesain dan membuat wahana antariksa. Di dunia memang tak banyak negara yang punya pengalaman ini, kecuali Amerika, Rusia, konsorsium Eropa, dan India. Fakta bahwa tahun ini UEA mengirim wahana peneliti ke Mars menunjukkan “ambisi besar” negara di Timur Tengah tersebut. Hope hanya dibuat dalam waktu enam tahun dengan bantuan para ahli dari Amerika.

Namun, UEA memiliki mimpi hebat. Mereka merencanakan misi ke Mars pada 2014 dan meluncurkan Program Antariksa Nasional pada 2017. Padahal negara dengan penduduk 9,4 juta yang tergantung terhadap pekerja asing itu tidak memiliki bekal banyak tentang penjelajahan antariksa, tapi mereka memiliki uang. UEA juga memiliki ambisi untuk membangun pemukiman di Mars pada 2117. (Baca: Pertama di Arab, Pesawat Antariksa UEA Melesat ke Mars)

Melansir Reuters, misi itu awalnya akan diluncurkan pada 14 Juli lalu, tapi ditunda karena cuaca buruk. Setelah satu jam diluncurkan, Hope Probe pun mengepakkan panel surya sebagai sumber listriknya dan membangun komunikasi via radio dengan misi di bumi.

Tim ilmuwan dipimpin oleh Sarah Al Amiri yang juga menteri riset dan teknologi UEA. Dia mengungkapkan kegembiraannya sekaligus kelegaanna saat melihat roket pembawa wahana antariksa UEA meluncur ke luar angkasa.

Menurut Al Amiri, dampak peluncuran wahana itu terhadap negaranya sama seperti yang terjadi pada Amerika Serikat ketika Apollo 11 mendarat di bulan 51 tahun lalu, juga pada 20 Juli. Peristiwa itu adalah jangkar bagi seluruh generasi, merangsang semua orang yang menyaksikannya untuk mendorong lebih jauh dan bermimpi lebih besar.

“Hari ini saya benar-benar bahagia anak-anak di Emirat akan bangun pagi pada 20 Juli dengan memiliki proyek jangkar masing-masing, punya realita baru, punya kemungkinan-kemungkinan baru, memungkinkan mereka berkontribusi lebih jauh, dan menciptakan dampak yang lebih besar pada dunia,” kata Al Amiri kepada BBC.

Hope merupakan wahana berbobot 1,3 ton tersebut, akan menempuh perjalanan 500 juta kilometer dan dijadwalkan tiba di atmosfer Mars pada Februari 2021. Itu akan bertepatan dengan perayaan pembentukan negara Uni Emirat Arab yang ke-50. Pengawasan misi Hope yang menjelajah dengan kecepatan 121.000 km per jam itu akan dilaksanakan di Mohammed Bin Rashid Space Centre (MBRSC)aca di Mars, namun dari data yang didapat, para ilmuwan berharap bisa mendapatkan jawaban atas misteri yang sejauh ini belum terpecahkan. Ketika nanti Hope berada di atmosfer Mars, diharapkan didapat data-data baru tentang atmosfer, iklim, dan cuaca di planet ini. Para ilmuwan berpendapat permukaan Mars pernah memiliki laut seperti yang kita kenal di bumi. Namun, dalam perjalanannya, permukaan planet kemudian menjadi hamparan yang tandus.

Menariknya, para ilmuwan berharap dengan data ini mereka bisa mendapatkan jawaban atas misteri yang sejauh ini belum terpecahkan: mengapa air di permukaan Mars raib dan sekarang menjadi hamparan tandus. Hope juga akan dijadikan inspirasi agar anak-anak muda di UAE dan di kawasan Arab tertarik mempelajari sains di sekolah serta perguruan tinggi.

Hope adalah satu dari tiga misi ke Mars yang diluncurkan bulan ini. Amerika Serikat dan China akan mengirim wahana peneliti yang akan menjelajah permukaan planet itu. Persiapan misi sudah memasuki tahap akhir.

Probe juga menjadi salah satu indikator ambisi UAE untuk tidak lagi tergantung dengan minyak dan gas. Di masa depan, mereka ingin mengembangkan ekonomi berbasis pengetahuan. Hanya saja, sebenarnya misi ke Mars bukan hal mudah.

“Setengah dari proyek ke planet Merah ini berakhir dengan kegagalan,” ungkap Direktur Proyek Hope, Omran Sharif. “Ini adalah misi riset dan tentu saja ada risiko kegagalan,” kata Sharif. Namun demikian, menurut Sharif, kegagalan tak boleh mengganggu kemajuan. Terpenting adalah kapasitas dan kemampuan yang didapat dari UEA dari misi ini; pengetahuan yang bisa diperolah dari program ini.

Pemerintah UEA mengatakan mereka tak bisa membeli wahana antariksa dari perusahaan asing dan karenanya harus membuat sendiri. Itu berarti UEA harus menggandeng beberapa universitas di Amerika yang punya pengalaman mendesain dan membuat satelit. Tim dari UEA dan Amerika inilah merancang Hope, termasuk membuat tiga instrumen yang di wahana tersebut akan mempelajari atmosfer Mars.

Tugas dibagi menjadi dua, sebagian dikerjakan di Laboratorium Atmosferik dan Fisika Ruang Angkasa (LASP) Universitas Colorado serta sebagian lagi di Pusat Ruang Angkasa Mohammed Bin Rashid (MBRSC) di Dubai. Peneliti LASP, Brett Landin, meyakini ke depan UEA bisa menjalankan misi ke ruang angkasa tanpa bantuan negara lain berkat pengalaman dari misi Hope. “Ibarat belajar naik sepeda, seseorang tak bisa memahami cara naik sepeda sampai ia belajar secara langsung dan kemudian menguasai teknik naik sepeda,” ujarnya.

Prinsip yang sama berlaku untuk membuat wahana antariksa. “Para pakar dan teknisi UEA memiliki pengalaman dan pengetahuan. Mereka sudah tahu caranya bila ingin membuat wahana antariksa di masa depan,” kata Landin.

Leave a Reply

Categories

Social menu is not set. You need to create menu and assign it to Social Menu on Menu Settings.