Tujuh Demonstran Tewas saat Protes Kecam Kebrutalan Polisi di Kolombia
BOGOTA – Tujuh orang tewas di ibu kota Kolombia, Bogota, dan kota Soacha saat unjuk rasa menentang kebrutalan polisi.
Unjuk rasa itu dipicu video seorang pria yang kejang beberapa kali akibat senjata kejut oleh polisi sebelum akhirnya meninggal dunia.
“Hampir 100 personel polisi dan 55 warga sipil terluka serta puluhan stasiun dan kendaraan publik rusak atau dibakar,” ungkap pernyataan pemerintah Kolombia. Terdapat 70 orang ditahan yang sebagian besar di Bogota.
Para demonstran memprotes kematian pengacara dan ayah dua anak, Javier Ordonez, 46, pekan ini.
Video yang direkam teman Ordonez itu menunjukkan dia dibekuk ke tanah oleh para petugas dan disengat listrik beberapa kali saat dia memohon, “Tolong, jangan lagi.”
Polisi menyatakan Ordonez diketahui minum alkohol di jalan dengan teman-teman yang melanggar aturan pembatasan virus corona.
Dia kemudian dibawa ke kantor polisi di Bogota barat, yang menurut keluarganya mengalami kekerasan lebih lanjut. Dia kemudian meninggal dunia di rumah sakit.
Dua petugas yang terlibat insiden itu telah diberhentikan selama investigasi. Proses autopsi jasad korban ditunda.
Otoritas menyatakan mereka menyelidiki kematian tujuh warga sipil dalam unjuk rasa, lima orang di Bogota dan dua orang di Soacha. Korban tewas termasuk seorang remaja berumur 17 tahun.
“Apa yang kita hadapi di sini adalah aksi massa vandalisme dan kekerasan. Apa yang kita hadapi adalah aksi yang tak dapat diterima,” ungkap Menteri Pertahanan (Menhan) Carlos Holmes Trujillo.
Presiden Kolombia Ivan Duque menyatakan tak ada toleransi untuk penyalahgunaan otoritas, tapi pemerintah meminta warganya tidak menyudutkan para petugas polisi.