Trump Bilang AS Akan Coba Hentikan Perang Armenia dengan Azerbaijan
WASHINGTON – Presiden Donald Trump mengatakan Amerika Serikat akan berusaha untuk menghentikan perang antara Armenia dan Azerbaijan, dua bekas republik Soviet yang pernah berperang pada 1990-an.
Kedua negara itu di ambang perang lagi setelah pertempuran pecah di Nagorno-Karabakh, wilayah yang dihuni etnis Armenia yang telah memerdekakan diri dari Azerbaijan. Pertempuran pada hari Minggu itu melibatkan pasukan Nagorno-Karabakh dengan pasukan Azerbaijan dengan korban tewas puluhan orang termasuk dari kalangan tentara.
“Kami sedang mengamatinya dengan sangat cermat,” kata Trump dalam jumpa pers Minggu malam waktu Washington, seperti dikutip Reuters, Senin (28/9/2020). “Kami memiliki banyak hubungan baik di area itu. Kami akan melihat apakah kami bisa menghentikannya.”
Sebelumnya, Presiden Arayik Harutyunyan dari Republik de facto Artsakh (Republik Nagorno-Karabakh) mengatakan puluhan tentara telah tewas setelah diserang pasukan Azerbaijan dengan jet tempur F-16 canggih Turki.
“Puluhan (tentara) tewas, puluhan lainnya luka-luka. Puluhan warga sipil terluka dan ada korban jiwa di antara penduduk sipil,” kata Harutyunyan dalam briefing online, yang disiarkan di Facebook, seperti dikutip Sputniknews, Senin (28/9/2020).
Harutyunyan mengatakan angkatan bersenjata Azerbaijan menggunakan jet F-16 Turki, yang ditempatkan di Azerbaijan selama sekitar satu bulan sebelumnya. “Dengan dalih latihan militer,” katanya.
“Angkatan bersenjata Azerbaijan dilengkapi dengan persenjataan paling canggih milik tentara Turki,” paparnya. Pihak Nagorno-Karabakh juga menuduh pasukan Azerbaijan melepaskan tembakan ke arah warga sipil dan infrastruktur sipil di ibu kotanya; Stepanakert.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan penghentian segera permusuhan bersenjata di Nagorno-Karabakh, dengan mengatakan dia akan segera menghubungi para pemimpin Armenia dan Azerbaijan mengenai masalah tersebut.
“Sekretaris Jenderal dengan keras menyerukan kepada pihak-pihak untuk segera menghentikan pertempuran, mengurangi ketegangan dan kembali ke perundingan yang berarti tanpa penundaan. Dia akan berbicara dengan Presiden Azerbaijan dan Perdana Menteri Armenia,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan.
Sekjen PBB mengatakan dia sangat prihatin tentang dimulainya kembali permusuhan bersenjata, mengutuk penggunaan kekuatan dan menyesali jatuhnya korban jiwa, termasuk di antara penduduk sipil.
Guterres lebih lanjut mengakui peran penting dari pemimpin bersama OSCE Minsk Group— Prancis, Rusia dan Amerika Serikat—dan meminta pihak-pihak yang berkonflik untuk bekerja sama dengan menuju dimulainya kembali dialog yang mendesak tanpa prasyarat.