Tolak Tunjuk Sekutu Iran jadi PM, Presiden Irak Ancam Mundur
BAGHDAD – Presiden Irak Barham Salih menolak untuk menunjuk calon perdana menteri dari blok yang didukung oleh Iran. Ia bahkan mengancam akan mengundurkan diri daripada menunjuk seseorang pada posisi yang akan ditolak oleh pengunjuk rasa.
Blok Bina, dipimpin oleh pemimpin milisi yang didukung Iran Hadi al-Amiri, telah menunjuk Gubernur Basra Asaad al-Edani untuk menjadi perdana menteri berikutnya setelah kebuntuan politik selama berminggu-minggu.
Namun Salih mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa menunjuk Edani tidak akan menenangkan para demonstran yang menuntut perdana menteri independen tanpa afiliasi partai atau membantu menenangkan kerusuhan yang mengguncang negara itu.
Ia mengatakan bahwa karena konstitusi tidak memberinya hak untuk menolak calon untuk jabatan perdana menteri, dia siap untuk mundur.
“Karena keinginan saya untuk menghentikan (pertumpahan) darah serta menjaga perdamaian, dan dengan hormat kepada Asaad al-Edani, saya menolak untuk mencalonkannya,” kata Salih.
“Karena itu saya menaruh kesediaan saya untuk mengundurkan diri dari jabatan presiden kepada anggota parlemen sehingga mereka memutuskan sebagai wakil rakyat apa yang mereka inginkan,” imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (27/12/2019).
Pengunduran diri Salih hanya akan mempersulit kebuntuan, karena anggota parlemen pertama-tama harus memilih pengganti untuknya, dan orang itu kemudian harus mencalonkan seorang perdana menteri. Menurut konstitusi Irak, ketua parlemen pertama-tama akan menjalankan tugas-tugas kepresidenan secara sementara.
Protes massa telah mencengkeram Irak sejak 1 Oktober dan sebagian besar demonstran muda menuntut perbaikan sistem yang mereka lihat sangat korup dan membuat sebagian besar rakyat Irak dalam kemiskinan. Lebih dari 450 orang telah terbunuh.
Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi mengundurkan diri bulan lalu ketika protes berlanjut tetapi tetap memegang jabatan dalam kapasitas sementara.
Sumber di kantor Salih mengatakan presiden meninggalkan Baghdad pada hari Kamis untuk pergi ke kampung halamannya di Sulaimaniya di Wilayah semi-otonom Kurdistan di Irak dan ia akan menyampaikan pidato televisi.
Pertikaian antara partai-partai politik yang berpegang teguh pada kekuasaan telah memicu krisis dan mengancam untuk menimbulkan lebih banyak kerusuhan karena para pemrotes kehilangan kesabaran atas kebuntuan politik.
Dua blok politik – Bina, yang didukung oleh Iran, dan Islah, yang dipimpin oleh ulama populis Moqtada al-Sadr – terlibat erat dalam kesepakatan di belakang parlemen untuk menyepakati seorang kandidat perdana menteri.