Terus Tertundanya Rekonstruksi Pasca Perang Perparah Penderitaan Warga Gaza
GAZA – Seperti ratusan warga Palestina lainnya di Jalur Gaza yang diblokade Israel, Ibrahim Skaik telah kehilangan tempat tinggal sejak apartemennya dihancurkan oleh serangan udara Israel. Apartemen Skaik adalah satu dari banyak bagunan yang hancur perang antara Israel dan Hamas pada Mei lalu.
Pada bulan April, ketegangan meningkat di Yerusalem Timur dan kemudian menyebar ke Tepi Barat, dan Jalur Gaza pada bulan Mei. Ketegangan dipicu oleh keputusan pengadilan Israel untuk mengusir keluarga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Sheikh Jarrah.
Pada 10 Mei, Israel melancarkan serangan udara skala besar ke Jalur Gaza, setelah gerilyawan yang dipimpin oleh Hamas, menembakkan rentetan roket ke Israel. Baku tembak berlangsung 11 hari, hingga Mesir menengahi gencatan senjata antara kedua belah pihak. Lebih dari 250 warga Palestina dan 13 warga Israel tewas dalam pertempuran itu.
Kerusakan bangunan dan infrastruktur juga terjadi di Gaza. “Gelombang ketegangan antara faksi-faksi Palestina dan Israel berakhir lebih dari dua bulan lalu, tetapi kami masih mengungsi dan tinggal di apartemen sewaan,” kata Skaik seperti dilansir Xinhua.
“Proses rekonstruksi di Gaza tidak jelas. Pemilik rumah yang hancur khawatir, sebab baik pemerintah maupun badan bantuan internasional tidak memiliki visi yang jelas tentang rekonstruksi,” sambungnya.
Pria berusia 35 tahun itu mengeluhkan kondisi ekonomi yang sulit saat ini, terlebih dia sudah kehilangan semua barang dan perabotan mereka. Dia mengungkapkan harapan bahwa rekonstruksi dapat segera dimulai.
“Saya tahu banyak pemilik tanah yang rumahnya hancur dalam perang sebelumnya dengan Israel, dan mereka masih kehilangan tempat tinggal,” kata Skaik khawatir.
Menurut statistik resmi Israel, Israel meluncurkan lebih dari 1.800 serangan udara, laut dan darat di Jalur Gaza selama serangan Mei, menargetkan rumah, bangunan tempat tinggal, markas pemerintah, dan infrastruktur.
Serangan Israel di daerah kantong pantai Palestina menyebabkan lebih dari 107 ribu orang mengungsi, 44 ribu dari mereka sekarang berada di tempat penampungan dan sisanya tinggal bersama kerabat mereka.
Um Mohammed, seorang wanita dari kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara, melihat rumahnya rusak parah selama serangan udara Israel pada bulan Mei. “Rumah beratap seng saya menjadi tidak layak huni setelah serangan Israel yang menargetkan daerah itu dan menghancurkan sebagian besar rumah saya,” kata ibu empat anak berusia 39 tahun itu.
“Kami hidup dalam kondisi psikologis yang sulit. Hari-hari berlalu tanpa harapan yang jelas untuk segera membangun kembali rumah,” ungkapnya.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Gaza, Naji Sarhan mengatakan, bahwa kementeriannya telah memindahkan 80 persen puing-puing rumah yang hancur pada bulan Mei.
“Dengan bantuan tim teknis dan rekayasa Mesir, kementerian akan menyelesaikan pembersihan puing-puing pada awal bulan depan,” kata Sarhan.
Menurut pejabat Palestina, 1.400 rumah hancur total di Gaza, sementara 1.500 sebagian hancur dan tidak dapat dihuni dan 1.550 rusak sedang.
Pada awal Juli, Bank Dunia mengatakan dalam sebuah laporan bahwa konflik Israel-Palestina pada Mei menyebabkan kerusakan fisik hingga USD 380 juta dan kerugian ekonomi USD 190 juta di wilayah Palestina.