Terus Meningkat, Kematian Pasien Covid-19 di AS Capai 40.000 Orang
WASHINGTON – Jumlah korban tewas akibat wabah virus korona (Covid-19) di Amerika Serikat (AS) bertambah hampir 2.000 orang dalam 24 jam terakhir atau total menjadi 40.661 orang sampai 19 April. Hal itu diungkapkan Johns Hopkins University.
Angka kematian di AS mencapai hingga 1.997 atau lebih besar bila dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang mencapai 1.891. Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengatakan Covid-19 telah mencapai puncak di wilayahnya.
Sejauh ini angka kematian di AS menjadi yang tertinggi di seluruh dunia. Jumlah pasien Covid-19 di AS juga terus bertambah menjadi total 759.086 orang.
Lebih dari 22 juta warga AS juga mengirimkan surat tunjangan pengangguran dalam sebulan terakhir menyusul adanya penutupan bisnis, sekolah, dan pembatasan moda transportasi hingga menyebabkan ekonomi nasional terganggu.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pemeriksaan pasien Covid-19 sudah dilakukan secara nasional sehingga berencana membuka kembali bisnis sesegera mungkin. Namun rencana itu dihadang para pengunjuk rasa yang mendesak pemerintah memperpanjang lockdown.
Di kawasan lain seperti Maryland, Virginia, dan Washington juga belum terjadi pelambatan persebaran Covid-19. Adapun New Jersey telah melaporkan adanya 3.900 pasien baru dalam sehari. Boston dan Chicago juga mulai menjadi zona merah dengan meningkatnya jumlah pasien dan korban. Beberapa kawasan lain seperti Ohio, Texas, dan Florida berencana membuka lockdown secara bertahap mulai 1 Mei. Namun pemerintah setempat mengimbau warga untuk tetap waspada.
Sementara itu demonstrasi anti-karantina wilayah pada Minggu (19/4) kembali terjadi. Mereka menentang perintah untuk tetap di rumah dari para gubernur negara bagian dan sepakat dengan seruan Trump untuk bisa mengakhiri lockdown.
Setidaknya 2.500 orang berunjuk rasa di Olympia, Washington, untuk menentang Gubernur Jay Inslee yang memerintahkan warganya tetap di rumah dan melarang acara perkumpulan lebih dari 50 orang. Para pengunjuk rasa tidak mengindahkan anjuran memakai masker seperti diminta otoritas kesehatan nasional.
“Menutup bisnis itu melanggar konstitusi federal dan negara bagian,” kata pemimpin demonstrasi Tyler Miller, 39, dari Bremerton, Washington, kepada Reuters.
Di Denver, ratusan orang juga berkumpul di Balai Kota untuk meminta diakhirinya karantina wilayah di Colorado. Demonstran datang dengan menggunakan mobil. Para pekerja medis mengenakan masker di persimpangan untuk menentang aksi demonstrasi tersebut.
Unjuk rasa juga digelar di negara bagian Arizona dan Montana. Aksi protes yang disebut Operation Gridlock itu didukung kelompok-kelompok berhaluan libertarian. Sebelumnya, pada Sabtu, para pengunjuk rasa sengaja membuat macet jalanan kota Annapolis, Maryland, membunyikan klakson mobil sebagai bentuk protes terhadap karantina. Lebih dari 200 orang berkumpul di luar kediaman Gubernur Indiana, sedangkan sekitar 200 orang berkumpul di Austin, Texas.
Seorang pengunjuk rasa di Indiana mengacungkan papan bertulisan “Beri aku kebebasan, atau beri aku Covid”. Unjuk rasa juga terjadi di Utah, negara bagian Washington, dan New York pada Sabtu lalu. Aksi protes diperkirakan berlanjut pada Senin.
Semakin banyak demonstrasi anti-lockdown karena Presiden AS Donald Trump memberikan sinyal dukungan bagi para pengunjuk rasa. Presiden Trump, dari Partai Republik, menyatakan aturan pembatasan di Minnesota, Michigan, dan Virginia “terlalu keras”.
Gubernur Washington Jay Inslee menyebut dukungan Presiden terhadap para pengunjuk rasa “berbahaya”, sama saja dengan mendorong “pembangkangan” pada undang-undang negara bagian. “Presiden Amerika sampai mendorong orang-orang untuk melanggar hukum, saya tidak ingat kita pernah melihat hal seperti itu selama saya di Amerika,” ujarnya kepada ABC News.
Nancy Pelosi, Ketua DPR dari Partai Demokrat, menuding dukungan Trump terhadap para pengunjuk rasa sebagai “pengalihan perhatian”. “Penerimaan Presiden (atas protes) adalah pengalihan perhatian dari fakta bahwa ia belum cukup melakukan tes, perawatan, penelusuran kontak, dan karantina,” katanya.
Gubernur New York Andrew Cuomo pekan ini mengumumkan bahwa negara bagian itu akan memperpanjang kebijakan diam di rumah hingga 15 Mei. Berbicara dalam jumpa pers harian tentang virus korona pada Minggu, Cuomo mewanti-wanti warga yang dilanda “demam kabin” dan berharap wilayah mereka segera dibuka kembali agar berhati-hati. “Kami masih harus memastikan wabah ini tetap terkendali,” kata Cuomo, “meskipun kita semua sangat ingin melanjutkan hidup dan melangkah ke depan.”