Tentara Thailand Bantai 30 Orang, Motifnya Dendam karena Ditipu
KORAT – Jumlah orang yang dibantai seorang tentara Thailand dengan tembakan di berbagai tempat termasuk di sebuah mal di Korat sejak Sabtu hingga Minggu pagi mencapai 30 orang. Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengungkap motivasi penembakan itu, yakni pelaku dendam karena ditipu dalam penjualan tanah.
Tentara nakal bernama Sersan Jakraphanth Thomma itu telah ditembak mati oleh pasukan khusus dari detasemen khusus anti-teror Thailand setelah dia dikepung. Mal itu berada di Korat, Provinsi Nakhon Ratchasima.
“Tersangka dimotivasi oleh perasaan dendam atas kesepakatan penjualan tanah,” kata PM Prayuth Chan-ocha pada hari Minggu, seperti dikutip Russia Today, Senin (10/2/2020).
Dalam aksinya, Thomma awalnya membunuh komandannya dan dua rekannya sesama tentara, sebelum mencuri senjata, amunisi dan Humvee dari pangkalan militernya. Dia kemudian pergi ke sebuah kuil Buddha dan kemudian beraksi pusat perbelanjaan atau yang sibuk, Terminal 21, di Korat, timur laut Thailand.
Di mal itulah, dia menembaki pembeli dan pejalan kaki sebelum menyandera banyak orang. Aksinya memicu perselisihan 17 jam dengan pasukan keamanan sebelum dia ditembak mati pasukan khusus.
Selama mengamuk, tersangka mem-posting berbagai tulisan di halaman Facebook-nya, seperti; “Tidak ada yang bisa lolos dari kematian,” dan “Haruskah saya menyerah?”. Namun, beberapa posting
itu kemudian dihapus.
Sersan Jakkrapanth Thomma, yang mencuri senjata kelas militer dari markasnya di Nakhon Ratchasima pada hari Sabtu sebelum mengamuk di pusat perbelanjaan Terminal 21 di mana ia menghabiskan berjam-jam bersembunyi di dalam.
Wakil PM Anutin Charnvirakul juga mengonfirmasi bahwa tentara nakal itu telah tewas dibunuh pasukan khusus. Aksinya tercatat sebagai penembakan massal terburuk dalam sejarah Thailand modern.
Gubernur Nakhon Ratchasima menyatakan 42 orang lainnya terluka dalam penembakan massal. Pembantaian itu terjadi pada akhir pekan yang menandai liburan Buddha, Makha Bucha.
Dalam konferensi pers, PM Prayut Chan-o-cha mengatakan dia telah memerintahkan semua lembaga terkait untuk membantu para korban dan keluarga mereka yang menderita dari apa yang disebutnya “ledakan kekerasan” yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Saya harus mengakui bahwa situasi seperti ini tidak pernah terjadi di Thailand sebelumnya,” kata Prayut di Korat. “Dan itu tidak boleh terjadi lagi,” katanya lagi.
Dia mengatakan penyelidikan atas insiden itu sedang berlangsung. Pemimpin Thailand ini berterima kasih kepada anggota masyarakat karena telah menyumbangkan darah sebagai respons atas pembantaian itu.
Kematian terakhir adalah seorang anggota tim komando polisi yang ditembak mati ketika terlibat baku tembak dengan pelaku di dalam pusat perbelanjaan Terminal 21 sekitar pukul 04.00 pagi kemarin.
Sumber-sumber kepolisian mengatakan pelaku terbunuh sekitar pukul 09.00 pagi di area “Foodland” di lantai dasar pusat perbelanjaan. Menurut petugas, pelaku penembakan massal ditemukan bersembunyi di dalam supermarket dan menembaki polisi, yang memaksa para petugas membalas tembakan.