Sri Lanka Hancur Dihantam Krisis, Pemimpin Oposisi Incar Kursi Presiden
Pemimpin oposisi utama, Sajith Premadasa, mengungkap kesiapan untuk mencalonkan diri sebagai presiden setelah Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, resmi mengundurkan diri pada Rabu (13/7/2022).
Anggota parlemen akan memilih pengganti Rajapaksa pada 20 Juli mendatang. Premadasa mengatakan, ia akan berlaga dalam pemilihan ini.
Pernyataan ini datang setelah partainya, Samagi Jana Belawegaya (SJB), dan sekutu mereka mengadakan pertemuan. Pihaknya kemudian sepakat untuk menominasikan Premadasa.
Ini bukan pertama kalinya Premadasa maju dalam pilpres. Pada 2019 silam, ia kalah dari Rajapaksa dengan perolehan suara sebanyak 41,99 persen.
Untuk memenangkan pemilihan kali ini, Permadasa akan membutuhkan dukungan anggota parlemen dari aliansi yang berkuasa untuk menang. Ia percaya akan mendapatkan dukungan itu karena ketidakpuasan rakyat terhadap Rajapaksa dan keluarganya.
Premadasa mengatakan, ia siap untuk menjadi bagian dari pemerintahan sementara yang terdiri dari seluruh partai.
Premadasa sempat menjadi sasaran kritik publik akibat menolak posisi perdana menteri yang ditawarkan untuknya, setelah Mahinda Rajapaksa mundur dari posisi itu pada April lalu.
Namun, Premadasa meyakinkan, partainya mempunyai rencana ekonomi untuk mengatasi krisis yang sedang melanda negaranya.
Premadasa menggambarkan situasi terkini sebagai kebingungan, ketidakpastian dan anarki total. Ia menilai, Sri Lanka membutuhkan konsensus, konsultasi, kompromi, dan kebersamaan.
Premadasa menegaskan, tak ada cara instan untuk mengatasi krisis ekonomi yang telah memporak-porandakan Sri Lanka. Ia menerangkan, mereka akan membutuhkan waktu 4 hingga 5 tahun untuk kembali ke kondisi ekonomi pada 2019.
“Kami tidak akan menipu rakyat. Kami akan jujur dan menyampaikan rencana untuk menyingkirkan penyakit ekonomi Sri Lanka,” ungkap Premadasa.
Rajapaksa mengumumkan pengunduran dirinya demi memenuhi tuntutan massa yang menduduki Istana Presiden di Kolombo.
Diberitakan BBC, informasi ini juga telah dikonfirmasi oleh Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe. Dia secara otomatis akan menggantikan Rajapaksa setelah pengunduran diri tersebut.
Namun, Wickremesinghe justru mengumumkan, dia akan turun dari jabatannya sebagai perdana menteri. Wickremesinghe bersedia mengambil langkah itu bila ada konsensus untuk membentuk pemerintahan persatuan.
Terlepas dari itu, para pengunjuk rasa mengatakan, seluruh 225 anggota parlemen adalah aktor yang bertanggung jawab atas kekacauan ekonomi di Sri Lanka.
Mereka tak hanya menginginkan pemimpin baru, tetapi juga awal yang baru dengan orang-orang yang masih semangat untuk berkiprah dalam dunia politik.