Spionase China Ancam Keamanan Australia
SYDNEY – Kasus pembelotan mantan agen intelijen militer China, Wang Liqiang, menunjukkan bagaimana spionase Beijing menjadi ancaman keamanan terbesar Australia sejak pembelotan Vladimir Petrov, agen intelijen KGB, pada 1954.Itu menunjukkan China hendak memainkan peranan lebih di berbagai negara, terutama Australia, untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya.
Wang sebelumnya mengungkapkan kalau China mencoba merekrut seorang pengusaha Melbourne Bo “Nick” Zhao, 32, agar terpilih sebagai anggota parlemen Australia. Bo ditemukan tewas di sebuah hotel pada Maret lalu tanpa diketahui penyebabnya. Wang juga menjelaskan bagaimana operasi interfensi China di Taiwan, Hong Kong, dan Australia.
“China terus menebar pengaruh di kawasan. China juga mitra perdagangan utama Australia,” kata Tony Walker, profesor dari Universitas La Trobe, dilansir The Conversation. Dia mengungkapkan, Beijing memang ingin menghilangkan segala bentuk penghalang untuk mewujudkan kepentingannya.
Dulu, Alexander Petrov, seorang kolonel yang menjabat agen KGB asal Rusia, mengajukan suaka di Australia dan membeberkan aktivitas spionase Soviet. Soviet pada 1954 merupakan kekuatan dominan di Asia Pasifik, dan bukan mitra perdagangan yang signifikan bagi Australia.
Berbeda dengan kasus Wang. Dia mengklaim dirinya sebagai agen intelijen dan menuding banyak perusahaan yang digunakan sebagai tameng untuk memperluas pengaruhi Beijing di Hong Kong dan China. Walker pun menyarankan perlunya penyelidikan lebih detail dan lengkap mengenai tudingan Wang tersebut. “Namun, pembelotan Wang dianggap sebagai momen buruk hubungan Australia-China,”kata Walker.
Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison mengungkapkan, tudingan spionase itu sangat menganggu dan membuat masalah. “Australia tidak naif dengan ancaman yang dihadapi,” ujarnya dilansir Reuters. Dia mengungkapkan, pemerintah selalu menjaga warga Australia tetap bebas dan aman dari interfensi asing.
Sekjen ASIO (Organisasi Intelijen Australia) Mike Burgess mengungkapkan lembaganya memberikan perhatian serius mengenai laporan di harian The Age dan The Sydney Morning Herald tentang Zhao dan klaim Wang. “Rakyat Australia dijamin bahwa ASIO telah mengetahui permasalahan itu dan tengah menginvestigasi mereka,”katanya.
Dia mengungkapkan, aktivitas intelijen asing menjadi ancaman nyata bagi keamanan bangsa Australia. Dalam pandangan Paul Monk, mantan kepala analisis China untuk Organisasi Intelijen Pertahanan Australia, pemerintahan Vladimir Putin di Rusia membunuh banyak orang yang membelot. “Komunitas intelijen China lebih ambisius dan lebih luas dibandingkan Putin,” katanya.
Perhatian saat ini adalah keselamatan Wang yang kini menjadi target Pemerintah China. Biro Keamanan Publik Shanghai mengirimkan daftar buronan yang menyatakan Wang terlibat penipuan pada 2016. Pengacara Wang di Australia, George Newhouse, mengatakan kliennya membantah tudingan itu.
Wang kini tinggal di lokasi yang dirahasikan di Sydney. Dia menggunakan visa turis untuk masuk Australia dan sudah mengajukan suaka. Banyak pihak mengkhawatirkan keselamatan Wang dan keluarganya. Pernyataan China yang menyatakan Wang terlibat kasus penipuan, menurut Alex Joske, peneliti Institute Kebijakan Strategis Australia, China telah menjadikan Wang sebagai “target”.
Ditanya mengenai keselamatan Wang, Morrison menjamin keselamatan Wang. “Dia (Wang) berada di Australia. Kita memiliki penegakan hukum di Australia,”ujarnya. Sementara itu, Pemerintah China mengabaikan tudingan spionase.
“Beberapa politikus, institusi, dan media di Australia sangat tegang menghadapi hubungan dengan China. Mereka mengalami hisetrian dan kekhawatiran yang mendalam,”kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, dilansir The Guardian.
Geng menegaskan, CHina tidak mengintevensi hubungan dalam negeri negara lain. China mengembangkan kerja sama yang bersahabat dengan Australia dan negara lain atas dasar kehormatan, kesetaraan, dan saling menguntungkan. “Kita tidak mengintervensi dan tidak tertarik mengintervensi hubungan domestik negara lain,”katanya.