Soal Iran, Menlu AS Klaim Tetap Patuhi Hukum Internasional
NAGALIGA — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo menyatakan apapun yang dilakukan negaranya atas Iran akan sejalan dengan hukum internasional.
Hal tersebut diungkapkan Pompeo setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan menyerang pusat-pusat kebudayaan dan sejarah Iran. Trump disebut akan terancam kejahatan perang setelah kicauannya menyatakan situs-situs ‘yang penting bagi sejarah dan kebudayaan Iran’ ada dalam daftar 52 potensi target serangan.
Seperti dilansir AFP. saat ditanya mengapa Trump mengancam Iran sedemikian rupa, Pompeo menjawab “Kami akan berlaku sesuai hukum. Kami berlaku sesuai apa yang ada di dalam sistem. Kami akan selalu demikian, dan kami akan demikian.”
Lebih lanjut, Pompeo menolak untuk memberikan penjelasan lebih rinci mengenai target-target potensial yang telah disebutkan Trump.
“Saya yakin Departemen Pertahanan akan tetap lanjut untuk mengembangkan opsi-opsi tertentu,” kata dia.
“Rakyat Amerika seharusnya tahu bahwa setiap target yang kita serang adalah target yang sesuai hukum, dan itu akan menjadi target yang didesain dengan misi tunggal, melindungi dan mempertahankan Amerika,” sambung Pompeo.
Sementara itu, menyikapi kicauan Trump di Twitter, Anggota Kongres dari Partai Demokrat Elizabeth Warren mengingatkan bahwa sang presiden bisa terancam kejahatan perang sesuai Konvensi Jenewa. Dalam Konvensi Jenewa disebutkan serangan yang menargetkan situs kebudayaan adalah kejahatan perang.
“Anda mengancam untuk mewujudkan kejahatan perang. Kami tidak berperang dengan Iran. Rakyat Amerika tak ingin berperang dengan Iran,” kata Warren.
Di sisi lain, Menlu Iran Mohammad Javad Zarif menuding ancaman Trump tersebut sudah masuk kategori kejahatan perang.
Sementara itu, lewat kicauan terbarunya yang tercatat pada pukul 12.11 WIB, 5 Januari 2020, Trump menyatakan alutsista AS adalah yang terbesar dan terbaik di dunia yakni mencapai US$2 juta.
“Jika Iran menyerang markas Amerika, atau warga Amerika, kami akan mengirim beberapa senjata baru ke mereka… dan tanpa ragu-ragu,” kicau Trump.
Terkait kematian Jenderal Iran, Qasem Soleimani, akibat serangan terencana roket AS, di dalam negara adidaya itu meluas aksi demonstrasi menolak perang.
Aksi tersebut di antaranya berlangsung di luar Gedung Putih dan Trump International Hotel di Washington DC. Selain itu, setidaknya aksi serupa terjadi di 70 kota di seluruh AS pada 4 Januari lalu.
“Butuh pengalihan [isu]? Mulailah perang,” demikian sebuan poster yang dibawa demonstran, Sam Crook, 66 di Washington.
Poster yang dibawa Crook itu merupakan sindiran di mana Trump sedang digoyang di dalam negeri lewat upaya pemakzulan terkait skandal Ukraina.
“Negara ini berada di dalam genggaman seseorang yang secara mental tidak stabil, Saya jelas mengatakan Donald Trump, demikianlah. Dia tak beres di dalam kepalanya,” ujar Crook.
Di kota New York, para demonstran berkumpul di Times Square. Mereka menuntut penarikan mundur 5.000 tentara AS dari Irak. Aksi unjuk rasa juga dilaporkan terjadi di Chicago dan Los Angeles.