Situasi Gedung Capitol Chaos, Trump Didesak Tutup Mulut
WASHINGTON – Situasi di Gedung Capitol chaos atau kacau setelah massa pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump marah dan menyerbu gedung tersebut, Rabu waktu Washington atau Kamis (7/1/2021) WIB. Amuk massa terjadi setelah Kongres menghitung suara elektoral pemilihan presiden ( pilpres ) Amerika.
Lantaran situasi yang kacau, Gedung Capitol di-lockdown dan Kongres berhenti menghitung suara elektoral.
Mantan kepala polisi Washington D.C., Charles Ramsey, menyalahkan Presiden Trump atas situasi kacau tersebut. Dia mendesak Trump tutup mulut dan menyingkir.
“Pria itu seperti kanker,” kata Ramsey kepada CNN, merujuk pada Trump.
“Pada suatu saat, jika dia tidak akan melakukan hal yang benar dan menyuruh mereka keluar dari Capitol, dan bertingkah seakan-akan mereka punya akal sehat, maka diam saja,” ujarnya.
“Dia menghasut mereka. Dia membuat semua ini berjalan. Ini hampir seperti upaya kudeta seperti yang pernah dilihat negara ini. Itulah yang Anda lihat pada orang-orang. Itulah yang Anda lihat. Dan itu pasti konyol,” paparnya.
Situasi chaos terjadi tidak lama setelah rapat gabungan Kongres digelar untuk mengonfirmasi kemenangan Joe Biden dalam pilpres AS 3 November lalu. Rapat itu menyulut kemarahan massa pendukung Trump dengan melanggar barikade dan bentrok dengan polisi di tangga Gedung Capitol.
Beberapa kantor di gedung parlemen itu dievakuasi, dan kemudian lockdown penuh diberlakukan saat pengunjuk rasa berhasil masuk.”Karena ancaman keamanan eksternal yang terletak di West Front, tidak ada masuk atau keluar yang diizinkan saat ini,” kata Kepolisian Capitol dalam sebuah pernyataan.
“Anda dapat bergerak di seluruh gedung tetapi menjauh dari jendela dan pintu eksterior. Jika Anda berada di luar, carilah perlindungan,” lanjut pernyataan tersebut.
Penghitungan suara elektoral ditangguhkan dan anggota Kongres dikunci di dalam ruang Senat.
Wakil Presiden Mike Pence, yang sebelumnya mengatakan menentang tuntutan Trump untuk mengubah hasil pilpres, telah dievakuasi untuk keselamatannya.
Sebagai Presiden Senat, adalah tugas Pence untuk memimpin sidang atau rapat gabungan. Namun, dia tidak memiliki kekuatan untuk mengeluarkan hasil suara elektoral.
Alih-alih berusaha meredakan situasi, Trump awalnya menanggapi tindakan pendukungnya dengan menyerang Pence di Twitter.
“Mike Pence tidak memiliki keberanian untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk melindungi negara kita dan Konstitusi kita, memberikan kesempatan kepada negara bagian untuk mengesahkan serangkaian fakta yang dikoreksi, bukan fakta palsu atau tidak akurat yang sebelumnya diminta untuk disertifikasi. AS menuntut kebenaran!,” tulis Trump di Twitter.
Trump memposting tweet lain beberapa menit kemudian, mendesak para pendukungnya untuk mendukung polisi dan tetap damai.
“Tolong dukung Polisi Capitol dan penegak hukum kami. Mereka benar-benar berpihak pada negara kita. Tetap damai!,” tulis Trump.