Sidang Umum PBB, Trump Serang China Terkait Covid-19
NEW YORK – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggunakan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyerang cara China menangani pandemi virus corona.
Trump menganggap China harus bertanggung jawab karena melepas wabah itu ke dunia. Sebaliknya, Presiden China Xi Jinping mengungkapkan nada lebih lunak dalam pidato virtualnya di Sidang Umum.
Xi menyerukan kerja sama dalam menghadapi pandemi dan menegaskan China tidak berniat memicu Perang Dingin atau perang dengan negara mana pun.
Keduanya mengungkapkan berbagai visi saat hubungan AS dan China berada di level terendah dalam beberapa dekade, di tengah pandemi, konflik dagang dan sengketa teknologi.
Trump yang menghadapi pemilu presiden November memfokuskan pidatonya dengan melancarkan serangan pada China. Dia menuduh Beijing membiarkan orang meninggalkan China pada awal wabah untuk menginfeksi dunia saat China menutup perjalanan domestik.
“Kita harus meminta tanggung jawab bangsa yang melepas wabah ini ke dunia, China,” kata Trump dalam pernyataan yang direkam di Gedung Putih dan dikirim secara terpisah ke Sidang Umum PBB akibat pandemi.
“Pemerintah China, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang secara virtual dikontrol oleh China, secara salah mendeklarasikan tidak ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia,” ujar Trump.
“Kemudian, mereka secara salah menyatakan orang tanpa gejala tidak akan menyebarkan penyakit itu. PBB harus meminta China bertanggung jawab atas aksi mereka,” kata dia.
Trump menjanjikan untuk mendistribusikan vaksin. “Kami akan mengalahkan virus dan kami akan mengakhiri pandemi,” tutur dia.
Dalam pendahuluan pidato Xi, Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun menyatakan, “China menolak tuduhan tanpa dasar terhadap China. Dunia di persimpangan. Pada momen ini, dunia perlu lebih solidaritas dan kerja sama, tapi bukan konfrontasi.”
Xi menyeru respon dunia untuk atasi virus corona dan memberi peran utama pada WHO. Adapun Trump sejak lama mengumumkan rencana membawa AS keluar dari WHO.