Siap Pimpin Jepang, Suga Fokus Melanjutkan Abenomics
TOKYO – Yoshihide Suga resmi memimpin partai berkuasa di Jepang, Partai Demokratik Liberal (LDP), sehingga selangkah lagi menjadi Perdana Menteri (PM) menggantikan Shinzo Abe. Dia akan fokus mempertahankan menteri pada kabinet lama dan para pejabat LDP.
Suga, loyalis utama dan menteri kepala kabinet Shinzo Abe, berjanji akan melanjutkan program Shinzo Abe dan strategi ekonomi Abenomics. Dia juga menghadapi sejumlah tantangan, seperti penanganan pandemi korona dan menghidupkan kembali ekonomi yang mengalami resesi. Dia juga harus mencari solusi mengatasi masyarakat dengan populasi menua karena sepertiga populasi Jepang di atas 65 tahun.
Menteri Keuangan Taro Aso dan Menteri Luar Negeri Toshimitsu Motegi sepertinya akan tetap dipertahankan. Menurut Sekjen LDP, Toshihiro Nikai, Yasutoshi Nishimura akan ditunjuk sebagai menteri ekonomi. Sedangkan Menteri Kesehatan Katsunobu Kato ditunjuk sebagai kepala menteri kabinet.
“Banyak elemen berbeda dibutuhkan,” kata Suga dilansir Reuters. “Hanya satu orang yang cocok menjadi PM, tetapi semuanya memiliki kekuatan di bidang masing-masing,” ujarnya.
Suga akan dipilih menjadi PM pada pemungutan di parlemen hari ini. Hal itu akan mudah dilaksanakan karena LDP memiliki kekuasaan mayoritas di majelis rendah. Dia akan menjabat sebagai PM hingga September 2021.
“Hal terpenting dalam kepemimpinan nanti adalah menghadapi pandemi dan menghidupkan kembali ekonomi. Saya pikir, kita tidak bisa membubarkan majelis rendah karena pandemi,” kata Suga. “Keputusan akan dibuat dengan melihat berbagai faktor,” katanya.
Suga dianggap sebagai orang yang kredibel, memahami permasalahan nasional, dan menjadi salah satu orang kepercayaan Abe selama menjabat kepala sekretaris kabinet sejak 2012.
Sebagai negara yang tidak menganut sistem kepresidenan, pemilihan PM di Jepang dilakukan di tengah kursi parlemen yang didominasi LDP. LDP sendiri telah mulai menggelar pemilihan suksesor Abe, kemarin. Selain Suga, kandidat lain yang masuk nominasi ialah mantan Menteri Luar Negeri Fumio Kishida dan mantan Menteri Pertahanan Shigeru Ishiba.Suga mencatat sejarah baru dalam karier politiknya yang mungkin tidak pernah dia bayangkan. Sebab, Suga tidak lahir dari kalangan elite, melainkan petani. Karier politik Suga juga dapat melejit setelah mengenal dekat Abe yang terpilih menjadi PM sejak 2012 dan menjadi pemimpin terpanjang Jepang sejak Perang Dunia II.
Abe pun menghormati Suga yang kini berusia lebih dari 70 tahu dan menjadikannya sebagai tangan kanan pemerintahannya dengan memberikannya jabatan kepala sekretaris kabinet PM, kombinasi antara kepala staf PM dan juru bicara PM. Kedekatan dan kepercayaan itu menunjukkan Abe juga kemungkinan mewarisi takhtanya kepada Suga.
Abe dan Suga memiliki latar belakang sosial yang berbeda. Ayah Abe merupakan mantan menteri luar negeri dan pendahulunya adalah mantan PM, sedangkan ayah Suga merupakan seorang petani. Dalam pemerintahan, Abe juga terkenal karismatik, sedangkan Suga pragmatik dan sering membantu menyelesaikan masalah dari balik layar.
Suga tumbuh dan berkembang di daerah terpencil di Prefektur Akita. Dia pindah ke Tokyo saat masuk sekolah menengah atas (SMA). Dia lalu bekerja di berbagai perusahaan mulai dari pabrik hingga pasar ikan Tsukiji sambil kuliah di sebuah universitas. Setelah lulus, dia bekerja di perkantoran yang dikenal di Jepang sebagai “salary man”.
Namun, karier Suga sebagai “salary man” tidak bertahan lama. Dia mulai tertarik dengan dunia politik karena politik dinilai memberikan pengaruh besar terhadap orang banyak. Akhirnya, dia mencalonkan diri menjadi anggota dewan untuk Yokohama. Meski tidak memiliki relasi dan pengalaman politik, Suga berhasil memperoleh kursi.
Suga diyakini melakukan kampanye dari rumah ke rumah dengan target 300 rumah per hari atau total 30.000 rumah. Hal itu juga diungkapkan LDP. Saat pemilu bergulir, sebanyak enam sepatu miliknya rusak. Kini, nasibnya berubah. Dia dikenal sebagai tokoh politik besar Jepang dan dipercaya bisa mengatasi permasalahan negara dengan kepala dingin.