Sempat ‘Menghilang’, Presiden China Xi Jinping Besuk Pasien Corona
BEIJING – Presiden China Xi Jinping mengenakan masker wajah dan memeriksakan suhu tubuhnya pada hari Senin ketika mengunjungi para pekerja medis dan pasien yang terinfeksi virus Corona baru, 2019-nCoV. Presiden Xi membesuk para pasien di rumah sakit Ditan Beijing.
Virus Corona baru, yang oleh Xi Jinping disebut sebagai virus setan, hingga hari ini (11/2/2020) sudah membunuh 1.011 orang di China. Lebih dari 42.200 orang di negara itu telah terinfeksi.
Xi selama ini “menghilang” dari publik sejak wabah virus 2019-nCoV menyebar di seluruh negeri. Penyakit ini pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei.
Dia menunjuk Perdana Menteri Li Keqiang untuk memimpin kelompok kerja penanggulangan wabah, dan Li telah mengunjungi ground zero di Wuhan bulan lalu.
Dalam kunjungannya, Xi Jinping mengenakan masker wajah warna biru dan gaun bedah putih untuk menemui dokter di rumah sakit Ditan Beijing. Dia mengamati perawatan pasien dan juga berbicara dengan dokter di Wuhan melalui tautan video. Menurut New York Times, selama kunjungannya, Xi Jinping tidak melakukan jabat tangan di tengah kekhawatiran virus Corona baru menyebar.
Dia kemudian mengunjungi komunitas perumahan di pusat Beijing.”Untuk menyelidiki dan membimbing upaya untuk mengatasi epidemi,” bunyi siaran media pemerintah China, CCTV.
Rekaman video menunjukkan Xi diperiksa suhu tubuhnya dengan termometer inframerah. Dia kemudian berbicara dengan pekerja komunitas dan melambaikan tangan kepada penduduk yang tersenyum sambil bersandar keluar dari jendela apartemen mereka.
Wabah itu telah memicu tindakan pemerintah China yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk mengunci seluruh kota di provinsi Hubei serta memutus hubungan transportasi nasional, menutup tempat-tempat wisata dan memberi tahu ratusan juta orang untuk tetap tinggal di dalam rumah.
Tindakan mengunci tersebut sudah mengubah beberapa kota di Hubei menjadi kota hantu. Namun, ada beberapa tanda kehidupan normal kembali pada hari Senin.
Jalan di Beijing dan Shanghai mulai terlihat banyak lalu lintas kendaraan. Kota Guangzhou juga mulai lagi mengoperasikan angkutan umum secara normal.
Namun, bagi mereka yang bekerja, kekhawatiran tetap muncul. “Tentu saja kami khawatir,” kata seorang pria berusia 25 tahun bermarga Li di salon kecantikan Beijing yang dibuka kembali hari Senin.
“Ketika pelanggan masuk, kami pertama-tama mengukur suhu tubuh mereka, kemudian menggunakan desinfektan dan meminta mereka untuk mencuci tangan,” katanya lagi.
Media pemerintah melaporkan bahwa jumlah penumpang di kereta bawah tanah Beijing turun sekitar setengahnya pada hari Senin dibandingkan dengan hari kerja normal. Mal-mal besar di ibu kota sepi dan banyak bank tutup.
Seorang karyawan bank di Shanghai akan bekerja setengah hari, dengan pekerja lain akan mengambil jadwal pada sore hari. Sisa hari mereka akan bekerja dari rumah.
“Itu membuat pekerjaan kami lebih sulit karena kami perlu mengakses sistem di kantor kami,” kata karyawan bank tersebut kepada AFP tanpa disebutkan namanya. Sekolah dan universitas di seluruh negeri tetap tutup.
Ketua Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan telah terjadi “beberapa contoh” kasus di luar negeri pada orang yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke China.
“Kami mungkin hanya akan melihat ujung gunung es,” tulis dia di Twitter, ketika tim ahli WHO berangkat ke China.