Rudal Hipersonik Kinzhal Rusia Diuji Coba di Medan Baku Arktik
MOSKOW – Rudal hipersonik Kinzhal Rusia telah diuji coba di medan yang beku di Arktik atau Kutub Utara. Misil yang diluncurkan dari udara ini berhasil mengahntan target berbasis darat dalam tes perdana untuk medan seperti itu.
Sumber industri pertahanan setempat mengatakan kepada kantor berita TASS bahwa uji coba itu telah dilakukan secara rahasia pada pertengahan November di wilayah Pemboi di barat laut Republik Komi. Wilayah Rusia sendiri membentang di luar Lingkaran Arktik.
Misil hipersonik yang diuji coba tersebut ditembakkan dari pesawat pencegat supersonik MiG-31K, yang oleh NATO disebut Foxhound. “Kinzhal mencapai kecepatan Mach 10 (lebih dari 12.000 km per jam),” kata pejabat lain di industri pertahanan Rusia tanpa disebutkan namanya kepada media tersebut, sebagaimana dikutip Russia Today, Minggu (1/12/2019) malam.
Kinzhal adalah salah satu dari beberapa sistem senjata hipersonik yang sedang disiapkan untuk tugas di Angkatan Darat Rusia. Militer Moskow sebelumnya telah berhasil menguji peluncur Avangard-nya, yang dipasang pada rudal balistik antarbenua (ICBM) berbasis silo.Sesuai rencana, Avangard—kendaraan glide hipersonik—pertama akan memasuki layanan militer sebelum akhir tahun ini. Pengembangan rudal Zircon atau Tsirkon, yang dirancang untuk diluncurkan dari kapal, juga saat ini sedang berjalan.
Senjata hipersonik diklaim mampu mem-bypass pertahanan udara manapun yang ada di dunia karena melakukan perjalanan beberapa kali lebih cepat dari kecepatan suara, dan terus-menerus melakukan manuver ketika melakukan pendekatan terhadap target.
Rusia telah meningkatkan kehadiran militernya di Arktik dalam beberapa tahun terakhir. Aktivitas itu termasuk membangun dan memperbaiki pangkalan serta lapangan udara, dan mengerahkan perangkat keras militer terbaru termasuk sistem pertahanan udara S-400. Militer negara ini juga sering melakukan latihan di Arktik.
Penumpukan militer Moskow dilakukan sebagai tanggapan terhadap upaya para pemain regional lainnya—Kanada, Denmark, Norwegia, dan Amerika Serikat—untuk mengajukan klaim atas Kutub Utara karena sumber daya alamnya yang kaya dan posisi geografis yang strategis.