Roket Hantam Pangkalan Militer Irak, Tentara AS dan Inggris Tewas
BAGHDAD – Dua tentara Amerika Serikat (AS) dan seorang tentara Inggris tewas dalam serangan roket di sebuah pangkalan militer di Taji, Irak. Serangan ini kemungkinan akan meningkatkan ketegangan militer di kawasan Timur Tengah.
Juru bicara Komando Pusat AS Kapten William Urban mengkonfirmasi bahwa dua tentara AS dan satu tentara koalisi tewas dalam serangan roket Katyusha.
“Serangan itu terjadi pada 11 Maret pukul 07:35 malam (waktu Irak). Penilaian dan penyelidikan sedang berlangsung,” kata juru bicara pasukan koalisi pimpinan AS, Kolonel Myles Caggins, di akun Twitternya.
Kemudian pada hari Rabu pasukan koalisi mengeluarkan pernyataan tentang serangan itu.
“Tiga personel Koalisi tewas dalam serangan roket di Kamp Taji, Irak, 11 Maret. Nama-nama personel itu ditahan sambil menunggu pemberitahuan kerabat berikutnya, sesuai dengan kebijakan nasional,” bunyi pernyataan itu.
“Sekitar 12 personel tambahan terluka selama serangan itu. Serangan itu sedang diselidiki oleh Koalisi dan Pasukan Keamanan Irak. Kamp Taji adalah pangkalan Irak yang menampung personel Koalisi untuk melatih dan memberi nasihat kepada misi keamanan,” sambung pernyataan itu seperti dilansir dari
CNN, Kamis (12/3/2020).
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, “Kami dapat mengkonfirmasi bahwa kami mengetahui insiden yang melibatkan personel layanan Inggris di Camp Taji, Irak. Investigasi sedang berlangsung, tidak pantas untuk berkomentar lebih lanjut pada saat ini.”
Dalam sebuah pernyataan militer AS bahwa militer Irak menemukan sebuah truk pickup dengan peluncur roket yang dipasang di belakang dan tiga roket masih berada di dalam. Pejabat pertahanan AS mengatakan kepada CNN bahwa 18 roket 107mm mendarat di pangkalan dari peluncur yang mampu menembakkan 30 roket, tetapi banyak yang tidak berhasil.
Ada beberapa serangan roket di Irak dalam beberapa pekan terakhir, tetapi serangan berondongan roket hari Rabu adalah yang pertama yang menyebabkan kematian tentara AS sejak Desember, ketika seorang kontraktor AS terbunuh. Kematian itu mendorong serangan udara balasan AS terhadap sasaran-sasaran milisi di Irak dan Suriah. Pejabat administrasi Trump menunjuk kematian kontraktor kemanana AS sebagai pembenaran untuk serangan udara yang menewaskan pemimpin kedua Iran yang paling kuat, Jenderal Qassem Soleimani, dan melonjaknya ketegangan di seluruh dunia.
Komandan Komando Pusat AS, Jenderal Kenneth McKenzie, mengatakan kepada Kongres AS bahwa serangan roket kerap terjadi. Sementara militer AS memiliki sejumlah langkah untuk melindungi dirinya sendiri, McKenzie mengatakan bahwa keberuntungan tidak akan bertahan selamanya