Putin Catat Retorika Tajam Anti-Rusia Capres AS Joe Biden
MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia telah mencatat apa yang dia gambarkan sebagai “retorika tajam anti-Rusia” yang dilontarkan calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat; Joe Biden.
Pemimpin Kremlin itu mengaku telah didorong oleh komentar Biden tentang perjanjian kontrol senjata nuklir.
Putin, dalam komentarnya di stasiun televisi pemerintah Rusia pada Rabu atau beberapa pekan sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat 3 November mendatang, mengatakan bahwa Moskow akan bekerja dengan pemimpin AS mana pun. Namun, dia memuji Presiden Donald Trump yang mengatakan dia menginginkan hubungan yang lebih baik.
“Tentu kami menghargai ini,” kata Putin, yang juga membantah sekali lagi tuduhan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS empat tahun lalu, ketika Trump mengalahkan Hillary Clinton.
“Sejauh menyangkut kandidat dari Partai Demokrat, kami juga melihat retorika anti-Rusia yang cukup tajam. Sayangnya, kami sudah terbiasa dengan ini,” lanjut Putin yang dilansir Reuters, Kamis (8/10/2020).
Namun dia menambahkan bahwa Biden telah membuat apa yang dia anggap sebagai pernyataan yang menggembirakan tentang New START, pakta senjata nuklir signifikan terakhir antara Rusia dan AS, yang akan berakhir pada Februari.
Moskow dan Washington sejauh ini tidak dapat menyetujui perjanjian baru atau perpanjangan New START, meskipun utusan Trump untuk pengendalian senjata mengatakan pada hari Selasa bahwa kemajuan penting telah dibuat pada pembicaraan bilateral.
“Kandidat (presiden) Biden secara terbuka mengatakan dia siap untuk perpanjangan New START atau untuk mencapai perjanjian baru untuk membatasi senjata strategis, dan ini adalah elemen yang sangat serius dari kerjasama kita di masa depan,” kata Putin. Bulan lalu, Putin mengusulkan pengaturan ulang hubungan dunia maya (cyber-ties) dengan Washington dan menyerukan kesepakatan bilateral bahwa mereka tidak akan terlibat dalam campur tangan dunia maya dalam pemilu masing-masing.
Pada hari Rabu, dia mengatakan Washington telah mengabaikan proposal itu. “Sayangnya belum ada jawaban untuk ini, masalah yang sangat penting, meskipun ada klaim berkelanjutan terhadap kami tentang hiperaktif kami yang terlihat dalam mencampuri pemilihan (presiden) yang sama sekali tidak berdasar,” papar Putin.
Badan-badan intelijen AS telah menyimpulkan bahwa Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2016 dengan tujuan mendukung Trump, termasuk dengan meretas kampanye Clinton. Moskow membantah tuduhan itu.
Rusia juga membantah tuduhan berusaha ikut campur dalam kampanye pilpres AS 2020, meski ada bukti.
Pada awal September, Microsoft mengatakan peretas yang terkait dengan Rusia, China, dan Iran mencoba memata-matai orang-orang yang terkait dengan Trump dan Biden. Ketiga negara tersebut menolak tuduhan tersebut.
Kantor berita Reuters melaporkan pada 9 September bahwa Microsoft telah memberi tahu salah satu firma penasihat kampanye pilpres utama Biden bahwa mereka telah menjadi sasaran tersangka peretas yang didukung negara Rusia. Kremlin menyebut laporan itu “tidak masuk akal”.