Protes Rektor yang Ditunjuk Erdogan, 159 Demonstran Ditahan
ISTANBUL – Polisi Turki menahan 159 orang atas aksi protes di Istanbul yang menentang penunjukan rektor baru oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan di salah satu universitas ternama di negara itu.
Mahasiswa Universitas Bogazici di Istanbul memulai aksi protes mereka hampir sebulan yang lalu, dengan mengatakan penunjukan Melih Bulu sebagai rektor tidak demokratis. Sejumlah dosen di Bogazici juga memprotes pelantikan terhadap Bulu.
Para pengunjuk rasa yang meneriakkan slogan-slogan seperti “Polisi, keluar” dan “Universitas adalah milik kita” terlibat bentrok dan berkelahi dengan polisi pada hari Senin.
Dalam sebuah pernyataan, kantor Gubernur Istanbul mengatakan 159 orang kemudian ditahan karena tidak mengakhiri demonstrasi di depan Universitas Bogazici meskipun ada peringatan, dan menambahkan bahwa penyelidikan telah diluncurkan seperti dikutip dari Reuters, Selasa (2/2/2021).
Sebelumnya, lebih dari 100 polisi berkumpul di pintu masuk utama kampus. Mereka mengizinkan mahasiswa untuk masuk, memeriksa ID mereka, tetapi menyuruh yang lain untuk pergi, termasuk beberapa anggota parlemen, terutama dari Partai Demokratik Rakyat (HDP) yang pro-Kurdi.
Trotoar di samping jalan menuju universitas dipagari, dan bentrokan kecil terjadi ketika beberapa pengunjuk rasa mulai bernyanyi dan berjalan menuju barikade polisi.
Kemal Kilicdaroglu, pemimpin oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP), mengkritik penahanan para demonstran di Twitter. Ia lantas menyerukan Bulu untuk mengundurkan diri untuk mengakhiri situasi yang buruk.Walikota Istanbul Ekrem Imamoglu, juga dari CHP, mengatakan dia telah berbicara dengan pihak berwenang untuk menjalin dialog antara mereka dan para pengunjuk rasa, menambahkan dia akan bertemu dengan mahasiswa Bogazici pada Selasa waktu setempat untuk mendengarkan kekhawatiran mereka.
Bulu, yang telah melamar menjadi kandidat Partai AK yang berkuasa dalam pemilihan parlemen 2015, adalah rektor pertama yang dipilih dari luar universitas sejak kudeta militer di Turki pada 1980, kata anggota fakultas Bogazici.
Para pengunjuk rasa juga menuntut pembebasan empat orang yang telah ditahan setelah gambar mereka dibagikan di media sosial di mana mereka sedang meletakkan gambar di tanah yang mencampurkan ikonografi Islam yang sakral dengan simbol-simbol yang mendukung masalah LGBT.
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengatakan pada akhir pekan bahwa empat “penyimpang LGBT” telah ditahan, sementara Erdogan pada hari Senin memuji sayap pemuda Partai AK yang berkuasa karena bukan pemuda LGBT.