Presiden Parlemen Eropa Dukung Negara Balkan Masuk Uni Eropa
BRUSSELS – Presiden Parlemen Eropa David Sassoli telah menyerukan untuk mengizinkan negara-negara Balkan Barat masuk ke Uni Eropa (UE). Sasoli mengatakan perluasan UE akan positif bagi perdamaian dan kemakmuran.
“Pembesaran dapat membawa manfaat besar baik ke kawasan dan ke Eropa secara keseluruhan, membantu mengamankan benua yang stabil, makmur dan damai,” kata Sassoli, seperti dikutip Radio Free Europe dari media Jerman, Funke Mediengruppe, Minggu (6/6/2021).
Tetapi seberapa cepat mereka dapat bergabung tergantung pada pemenuhan kriteria aksesi negara-negara Balkan Barat.
“Reformasi masih perlu diselesaikan di setiap negara ini,” ucap Sassoli, menambahkan bahwa UE juga harus menepati janjinya dan mengakui kemajuan.
UE sudah melakukan pembicaraan aksesi dengan Montenegro dan Serbia, sementara Albania dan Makedonia Utara adalah kandidat resmi. Makedonia Utara bulan lalu menerima dukungan dari Austria, Republik Ceko, dan Slovenia untuk memulai pembicaraan dengan UE.
Bosnia-Herzegovina dan Kosovo sejauh ini dianggap sebagai kandidat potensial untuk negosiasi.
Proses perluasan UE telah menghadapi tantangan besar, termasuk beberapa yang berakar pada perpecahan etnis di negara-negara Balkan Barat. Kebulatan suara diperlukan dari semua anggota UE untuk mengadopsi kerangka negosiasi.
Bulgaria tahun lalu memveto dimulainya negosiasi aksesi UE dengan Makedonia Utara atas sengketa bahasa dan sejarah.
Bulgaria, yang ingin Skopje mengakui bahwa identitas dan bahasanya memiliki akar bahasa Bulgaria, bulan lalu mengatakan tidak berencana untuk mencabut hak vetonya pada pembicaraan aksesi.
Skopje telah lama bersikeras bahwa bahasa Makedonia adalah bahasa Slavia Selatan yang berbeda yang membentuk bagian dari budaya dan identitas nasional negara itu, sementara Sofia mengatakan bahwa bahasa Makedonia adalah dialek regional Bulgaria.
Banyak orang di Barat telah mendesak UE untuk mempercepat pembicaraan kenaikan, melihat keanggotaan di blok itu sebagai cara melawan upaya Rusia dan China untuk mendapatkan pengaruh di wilayah tersebut.