Presiden Iran Rouhani Akui Pemerintah Terkadang Tak Jujur pada Rakyat
TEHERAN – Presiden Iran yang akan lengser, Hassan Rouhani, mengakui bahwa pemerintah terkadang tidak jujur pada rakyat tentang kebenaran. Pilihan itu diambil agar persatuan nasional tidak rusak.
Komentar blakblakan Rouhani ini disampaikan pada hari Minggu ketika dia bersiap untuk meninggalkan kantor. Dia akan lengser ketika kesepakatan nuklir yang ditandatangani dengan kekuatan dunia compang-camping dan ketegangan tinggi antara Iran dengan Barat.
Komentarnya, yang ditayangkan di stasiun televisi pemerintah, muncul ketika para pejabat di pemerintahannya tampak tidak berdaya dalam beberapa bulan terakhir di tengah serangkaian krisis mulai dari pandemi virus corona hingga kekeringan yang memicu protes publik.
Setelah muncul hanya beberapa hari sebelumnya untuk diceramahi oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei tentang kegagalan pemerintah dalam negosiasi nuklir, pernyataan Rouhani tampaknya bertujuan untuk mengakui masalah yang dihadapi pemerintahnya di hari-hari terakhir kekuasaannya.
Presiden terpilih Ebrahim Raisi, anak didik Khamenei, akan dilantik Kamis mendatang.
“Apa yang kami katakan kepada orang-orang tidak bertentangan dengan kenyataan, tetapi kami tidak mengatakan sebagian kebenaran kepada orang-orang,” kata Rouhani pada rapat Kabinet terakhirnya sebagai presiden.
“Karena saya tidak menganggapnya berguna dan saya khawatir itu akan merusak persatuan nasional,” ujarnya seperti dikutip AP.
Dia tidak merinci apa yang dia maksud dengan sebagian kebenaran yang tidak disampaikan pemerintah kepada rakyat. Namun, selama masa jabatannya, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran secara keliru menembak jatuh sebuah pesawat komersial Ukraina yang menewaskan 176 orang di dalamnya pada Januari 2020. Tindakan fatal IRGC itu awalnya dibantah pemerintah selama berhari-hari sampai negara-negara Barat mengumumkan kecurigaan mereka.Rouhani, seorang yang relatif moderat dalam teokrasi Iran, bersikeras bahwa dia dan para pejabatnya melakukan yang terbaik.
“Jika kami memiliki cacat, kami meminta maaf kepada orang-orang dan meminta maaf dan belas kasihan kepada mereka,” kata Rouhani.
Dia menunjuk pada kesepakatan nuklir 2015 negara itu dengan kekuatan dunia, yang membuat Iran setuju untuk membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi. Namun, kesepakatan itu sekarang berantakan setelah Presiden Donald Trump saat itu secara sepihak menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan tersebut pada Mei 2018.
Rouhani menyalahkan banyak masalah Iran saat ini pada keputusan Trump, yang melihat nilai jatuhnya mata uang rial Republik Islam Iran. Presiden mengatakan bahwa sementara Iran memiliki rencana untuk meningkatkan angkatan bersenjatanya setelah berakhirnya embargo senjata PBB pada Oktober 2020, itu tidak dapat dilakukan karena masalah keuangannya.
“Kami tidak punya uang untuk membeli karena sanksi dan tidak menjual minyak, tapi kontrak sudah siap sepenuhnya,” katanya.