Presiden Afghanistan Setuju Bebaskan 1.500 Pejuang Taliban
KABUL – Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah menandatangani dekrit yang membebaskan 1.500 pejuang Taliban yang ditahan. Keputusan ini sebagai langkah untuk memulai pembicaraan langsung dengan kelompok bersenjata itu guna mengakhiri perang selama 18 tahun di Afghanistan.
Menurut salinan dekrit dua halaman yang dilihat oleh kantor berita Reuters pada Selasa malam, semua tahanan Taliban yang dibebaskan harus memberikan jaminan tertulis untuk tidak kembali ke medan perang.
“Presiden Ghani telah menandatangani dekrit yang akan memfasilitasi pembebasan para tahanan Taliban sesuai dengan kerangka kerja yang diterima untuk dimulainya negosiasi antara Taliban dan pemerintah Afghanistan,” kata juru bicara Ghani, Sediq Sediqqi, di Twitter.
Keputusan itu, yang akan diumumkan kemudian oleh kantor Ghani, menjabarkan secara terperinci tentang bagaimana para tahanan Taliban akan dibebaskan secara sistematis untuk melanjutkan perjanjian damai.
“Proses pembebasan tahanan akan dimulai dalam empat hari,” bunyi keputusan itu seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (11/3/2020).
Pembebasan tahanan adalah bagian dari kesepakatan damai yang ditandatangani oleh Amerika Serikat (AS) dan Taliban bulan lalu. Kesepakatan ini juga memungkinkan pasukan AS dan pasukan NATO menarik diri dari Afghanistan untuk mengakhiri lebih dari 18 tahun perang.
Sebelumnya pada hari Selasa, juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan dalam sebuah tweet bahwa kelompoknya telah menyerahkan daftar 5.000 tahanan ke AS dan sedang menunggu semuanya dibebaskan.
Juga pada hari Selasa, seorang pemimpin senior Taliban di Doha, yang menjadi markas politik kelompok itu, mengatakan kendaraan telah dikirim ke daerah dekat Penjara Bagram, sebalah utara Ibu Kota Kabul, untuk mengumpulkan pejuang yang dibebaskan.
“Setelah pembicaraan kami dengan Zalmay Khalilzad (utusan khusus AS untuk Afghanistan) pada hari Senin, di mana ia menyampaikan kepada kami pembebasan 5.000 tahanan kami, kami mengirim kendaraan untuk menjemput mereka,” katanya kepada Reuters.
Taliban telah menuntut pembebasan tahanan sebagai langkah membangun kepercayaan untuk membuka jalan bagi pembicaraan langsung dengan pemerintah.
Ghani, yang sebelumnya menolak untuk menghormati perjanjian pertukaran tahanan antara AS dan Taliban, kemudian mengatakan ia tidak segan untuk membebaskan para tahanan Taliban untuk memajukan proses perdamaian.
Selain ketegangan antara Ghani dan Taliban, perseteruan politik yang meningkat antara Ghani dan mantan kepala eksekutifnya Abdullah Abdullah telah memperdalam kekacauan politik di negara itu.
Ghani dilantik untuk masa jabatan kedua pada hari Senin, tetapi upacara itu dirusak oleh serangan roket.
Abdullah, yang menolak menerima hasil pemilu yang dirilis bulan lalu atau mengakui Ghani sebagai presiden, juga mengadakan upacara pelantikannya sendiri pada hari yang sama.
Sementara itu pada hari Selasa, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat menyetujui resolusi AS tentang kesepakatan antara AS dan Taliban, sebuah dukungan yang jarang terhadap perjanjian dengan kelompok bersenjata.
Militer AS telah mulai menarik pasukan sebagai bagian dari penarikan yang disepakati dalam pakta 29 Februari.