Pompeo: Iran Bisa Makin Dekat untuk Peroleh Bom Nuklir
WASHINGTON – Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan Iran bisa selangkah lebih dekat untuk memperoleh bom nuklir jika memperkaya uranium pada kemurnian yang lebih tinggi. Dia mengklaim Teheran terus menggagalkan upaya internasional untuk mencari situs nuklirnya.
“Penurunan kerjasama Iran dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) atau pengayaan ke level 20 persen akan menjadi eskalasi serius yang membuat Iran semakin dekat dengan kemampuan untuk memperoleh senjata nuklir,” katanya dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (12/12/2020).
Minggu lalu para anggota Parlemen Iran menyetujui undang-undang (UU) baru, yang mewajibkan negara itu untuk memproduksi dan menyimpan 120kg per tahun uranium yang diperkaya hingga 20 persen jika negara-negara Eropa penandatangan kesepakatan nuklir 2015 gagal mengekang sanksi keuangan terhadap negara para Mullah tersebut.
Pompeo mengatakan Teheran belum menawarkan penjelasan kredibel untuk UU tersebut, yang juga menunda inspeksi oleh IAEA, dan menuduh Iran menurunkan tingkat kerjasama dengan IAEA yang sudah tidak dapat diterima.
Intervensi Pompeo muncul selama periode ketegangan yang meningkat antara Washington dan Teheran, setelah AS mengirim dua pesawat pembom B-52 ke Teluk Persia pada hari Kamis, di tengah laporan adanya potensi serangan oleh milisi di Irak yang didukung Iran.
Retorika keras antara AS dan Iran telah meningkat sejak pertengahan November, ketika Teheran mengancam memberikan “tanggapan yang menghancurkan” menyusul laporan bahwa pemerintahan Trump telah mempertimbangkan serangan di situs nuklir utama Iran.
Pada hari Jumat, Pompeo juga menyerukan komunitas internasional untuk menghantam Iran dengan “tekanan diplomatik dan ekonomi yang berkelanjutan” jika gagal bekerja sama dengan IAEA.
Lebih lanjut, mantan direktur CIA ini mengatakan jika Iran menginginkan keringanan dari sanksi intenasional, maka harus mengubah perilakunya di sejumlah bidang, termasuk menyetujui untuk merundingkan kesepakatan nuklir baru yang mencakup pengembangan rudal balistik—sebuah langkah yang juga diserukan Jerman pekan lalu.
Teheran secara konsisten menolak negosiasi ulang perjanjian nuklir 2015 yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) ketika negara-negara penandatangan mempersiapkan kemungkinan bahwa Joe Biden dapat mendorong JCPOA untuk diperbarui setelah dia dilantik sebagai Presiden AS.
Pada 2018 Presiden Trump menarik AS keluar dari JCPOA. Perjanjian itu diteken 2015 oleh Iran, China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, dan AS.