Pompeo ‘Dukung’ Armenia Dalam Konflik dengan Azerbaijan, Kritik Turki
WASHINGTON – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo menyampaikan dukungan kepada Armenia dalam konflik dengan Azerbaijan, dengan menyuarakan harapan bahwa Yerevan akan “membela” dirinya sendiri terhadap Baku. Pompeo juga melemparkan kritikan keras terhadap Turki terkait dengan konflik tersebut.
“Kami berharap orang-orang Armenia dapat bertahan melawan apa yang dilakukan orang Azerbaijan. Armenia dan Azerbaijan harus melakukan gencatan senjata dengan benar, dan kemudian duduk di meja, dan mencoba dan memilah-milah ini,” kata Pompeo, seperti dilansir Al Arabiya pada Jumat (16/10/2020).
Pompeo kemudian melemparkan kritikan keras kepada Turki karena turut turun tangan dalam konflik Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh. Seperti diketahui, Turki adalah pendukung kuat Azerbaijan dan telah menegaskan bahwa akan memberikan sumber daya yang dibutuhkan jika Baku memintanya.
“Kami sekarang memiliki Turki, yang telah turun tangan dan memberikan sumber daya ke Azerbaijan, meningkatkan risiko, meningkatkan daya tembak yang terjadi dalam pertarungan bersejarah di tempat yang disebut Nagorno-Karabakh ini,” kata Pompeo.
“Penyelesaian konflik itu harus dilakukan melalui negosiasi dan diskusi damai, bukan melalui konflik bersenjata, dan tentunya tidak dengan negara pihak ketiga yang datang untuk memberikan senjata mereka pada apa yang sudah menjadi tong mesiu,” sambungnya.
Pertempuran baru-baru ini di Nagorno-Karabakh meletus pada 27 September lalu dan telah menewaskan ratusan orang. Ini menandai eskalasi terbesar dari konflik selama puluhan tahun di wilayah yang terletak di Azerbaijan tetapi telah di bawah kendali pasukan etnis Armenia yang didukung oleh Armenia.
Kekerasan – yang melibatkan artileri berat, roket, dan pesawat tak berawak – terus mengamuk meskipun Rusia berupaya untuk menengahi gencatan senjata.
Rusia, yang memiliki pakta keamanan dengan Armenia tetapi juga telah memupuk hubungan hangat dengan Azerbaijan, menjadi tuan rumah bagi diplomat top dari Armenia dan Azerbaijan selama lebih dari 10 jam pembicaraan yang berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata pada Sabtu. Tapi perjanjian itu segera rusak, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan karena melanggarnya.