PM Malaysia Desak Junta Myanmar Pilih Resolusi Damai
KUALA LUMPUR – Perdana Menteri (PM) Malaysia, Muhyiddin Yassin , mendesak pimpinan militer di Myanmar untuk mengubah arah kebijakannya dan memilih jalan menuju solusi damai.
Muhyiddin mengatakan Malaysia telah menyatakan keprihatinannya yang besar atas situasi tragis di Myanmar sejak kudeta militer 1 Februari lalu.
Dalam sebuah pernyataan, Muhyiddin mengatakan komunitas ASEAN tidak bisa melihat saudaranya Myanmar menjadi begitu tidak stabil di tangan beberapa orang terpilih yang berusaha untuk mempromosikan kepentingan pribadi mereka sendiri.
“Sekali lagi, Malaysia mengulangi seruan kami yang konsisten kepada semua pihak terkait untuk bekerja sama menuju penyelesaian damai dari krisis ini,” kata PM Malaysia.
“Kami akan terus mendukung dialog inklusif untuk transisi politik, dan mendesak semua pihak untuk kembali ke meja perundingan, memperbaiki krisis dan menghindari peningkatan ketegangan lebih lanjut,” sambungnya seperti dikutip dari TheEdge Markets, Sabtu (20/3/2021).
Muhyiddin juga menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat para pemimpin politik, termasuk Penasihat Negara Aung San Suu Kyi dan Presiden U Win Myint, yang telah ditahan secara sewenang-wenang sejak 1 Februari 2021.
Muhyiddin juga sangat mendukung pernyataan Presiden Indonesia Joko Widodo hari ini dan seruannya untuk diselenggarakannya KTT darurat ASEAN guna mengatasi situasi di Myanmar.
“Ini tidak memiliki tempat dalam nilai-nilai keyakinan, hati nurani, dan budaya kami. Hal itu bertentangan dengan prinsip-prinsip yang tertuang dalam Piagam ASEAN yang kita, di ASEAN, janjikan untuk kita promosikan dan lindungi sehingga perdamaian, keamanan dan kemakmuran kawasan kita terjamin,” ujarnya.
Muhyiddin juga terkejut dengan penggunaan kekerasan mematikan yang terus-menerus terhadap warga sipil tak bersenjata, yang mengakibatkan tingginya jumlah kematian dan cedera, serta penderitaan di seluruh negeri.
Atas nama masyarakat Malaysia, Muhyiddin juga menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada seluruh masyarakat Myanmar yang telah kehilangan orang yang mereka cintai, dan yang menjadi korban akibat krisis politik saat ini.