Perlawanan dan Referendum Solusi Utama untuk Tangani Isu Palestina
TEHERAN – Satu-satunya solusi untuk konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade terletak pada perlawanan dan pemungutan suara rakyat, dibandingkan mengupayakan proposal Timur Tengah yang dirancang Amerika Serikat (AS). Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif.
Zarif menuturkan, masalah Palestina tidak dapat diselesaikan melalui skema yang berusaha untuk melanggar hak-hak warga Palestina dan memperluas pemukiman ilegal Israel di wilayah yang diduduki.
“Adapun Palestina, alih-alih menyerah pada penghinaan dan tekanan yang meningkat dan tak terbatas yang diberikan oleh AS dan rezim Zionis,” ucap Zarif, seperti dilansir PressTV.
“Ada dua solusi yang harus dikejar secara bersamaan, tidak terpisah dari satu sama lain. Satu adalah perlawanan dan yang lain adalah demokrasi dan pemungutan suara rakyat. Jika mereka mempraktikkan dua solusi ini, masalah Palestina akan diselesaikan,” sambungnya.
Tahun lalu, Iran mengajukan kepada PBB sebuah proposal untuk diadakannya referendum tentang masalah masalah Palestina.
“Solusi untuk masalah Palestina membalikkan dua poros demokrasi dan perlawanan. Tujuan perlawanan jelas dan Palestina sebenarnya menolak, tetapi hari ini semua warga Palestina harus mengekspresikan penolakan terhadap kesepakatan abad ini Persatuan di dalam Palestina atas dasar perlawanan dapat membantu menggagalkan kebijakan Zionis,” katanya.
Zarif menyoroti peran demokrasi sebagai pengubah permainan lain dalam masalah Palestina, dengan mengatakan para pendukung demokrasi palsu yang menganggap Israel satu-satunya demokrasi di kawasan perlu dipersiapkan untuk memeluk demokrasi sejati.
“Apa arti demokrasi sejati? Ini berarti bahwa semua orang yang tinggal di Palestina, yang adalah pemilik sebenarnya dari Palestina, tetapi telah mengungsi di seluruh dunia harus dapat menentukan dan membuat keputusan untuk masa depan mereka sendiri,” ucapnya.
Dia kemudian menggambarkan inisiatif AS sebagai kelanjutan dari kebijakan intervensi Washington mengenai masalah Palestina. Zarif menyebut, salah satu kesalahan yang dibuat dalam 30 tahun terakhir adalah bahwa beberapa organisasi Palestina berpikir mereka akan dapat menghidupkan kembali hak-hak Palestina melalui bekerja sama dengan AS.
“Kami selalu menekankan bahwa Palestinalah yang memiliki hak untuk memilih dan Iran akan menerima jalan mana pun yang dipilih oleh rakyat Palestina. Dengan kata lain, kami menerima bahwa Palestina harus membuat keputusan akhir dan keputusan akhir mereka harus dihormati oleh semua orang,” tukasnya.