Peringatan Bagi China, Jepang Berniat Kembangkan Rudal Hipersonik
TOKYO – Militer Jepang tengah mempertimbangkan untuk mengembangkan rudal anti kapal hipersonik berhulu ledak khusus untuk menembus geladak kapal induk China. Kementerian Jepang sedang mengembangkan apa yang mereka sebut sebagai “hypervelocity gliding projectile” atau HVGP untuk ditempatkan di pangkalan militer mereka mulai tahun 2026.
Surat kabar Mainichi melaporkan bahwa Tokyo menginginkan HVGP baru untuk membantunya mengalahkan pasukan China.
“HVGP model 2026 adalah untuk menargetkan musuh potensial yang menyerang pulau-pulau terpencil Jepang,” lapor surat kabar Mainichi.
“Pada tahap kedua, jenis yang ditingkatkan akan dikembangkan untuk kemungkinan pemasangan pada tahun fiskal 2028 atau lebih baru, yang menampilkan muatan berbentuk cakar, kecepatan dan jarak tembak yang ditingkatkan, serta lintasan yang lebih kompleks,” sambung laporan itu.
“Peningkatan lain setelah 2026 dapat menambahkan muatan yang mampu menembus dek kapal induk,” jelas Mainichi yang dikutip The National Interest, Sabtu (29/8/2020).
Rudal hipersonik Jepang adalah tanggapan langsung terhadap kampanye perampasan daratan dan pembangunan benteng maritim China selama bertahun-tahun di Laut China Selatan dan Timur.
“Kapal pemerintah China telah sering terlihat menavigasi di zona berdekatan di dekat Kepulauan Senkaku dan masuk ke perairan teritorial Jepang,” kata Mainichi.
Senjata darat militer Jepang yang ada tidak memiliki jangkauan untuk menyerang, dari wilayah Jepang, ke pos terdepan China.“Sementara pulau utama Okinawa dan Senkaku berjarak sekitar 420 kilometer, jangkauan rudal (tentara Jepang) saat ini ditetapkan lebih dari seratus kilometer (62 mil),” lapor Mainichi.
“Pengenalan rudal luncur jarak jauh untuk melindungi Kepulauan Nansei akan memungkinkan Jepang untuk menanggapi aktivitas China tanpa mengerahkan kapal dan pesawat Angkatan Laut Bela Diri,” sambung laporan itu.
“Kementerian Pertahanan Jepang mengalokasikan total USD170 juta dalam anggaran tahun fiskal 2018 dan 2019 bagi penelitian tentang HVGP untuk pertahanan pulau-pulau terpencil, dan berencana untuk menambah lagi USD230 juta dalam anggaran tahun fiskal 2020,” lanjut laporan itu.
Mainichi menjelaskan bahwa budal baru itu beberapa tahun lagi dari penempatan di garis depan, tetapi sudah menyebabkan kontroversi.
“Beberapa legislator di Diet (badan legislatif bikameral Jepang) telah menunjukkan bahwa akuisisi kemampuan baru dapat memungkinkan (Pasukan Bela Diri, yaitu angkatan bersenjata Jepang) untuk secara langsung menyerang wilayah negara lain dan menyimpang dari orientasi kebijakan pertahanan eksklusif jepang,” demikian bunyi laporan Mainichi.
Meski begitu, penyebutan senjata yang dikembangkan oleh Jepang adalah sesuatu yang keliru. Dalam bahasa Amerika Serikat (AS), peluru kendali yang bergerak lebih cepat dari lima kali kecepatan suara adalah senjata “hipersonik”. Sedangkan sebutan “hypervelocity” untuk peluru meriam yang cepat dan tidak terarah.
HVGP adalah sistem boost-glide. Senjata ini diluncurkan di atas roket kemudian terpisah dari booster dan, dipandu oleh GPS, meluncur dengan kecepatan hipersonik menuju targetnya sambil melakukan koreksi jalur kecil.
Tidak jelas apa “muatan” khusus yang dipertimbangkan Jepang secara khusus untuk menargetkan kapal induk China. Untuk diketahui, energi kinetik dari rudal hipersonik saja sudah cukup untuk melumpuhkan atau menghancurkan sebagian besar target.
Setelah beberapa dekade pengembangan, senjata hipersonik akhirnya mulai memasuki militer garis depan. Kementerian Pertahanan Rusia pada akhir 2019 mengklaim telah mengerahkan rudal hipersonik permukaan-ke-permukaan Avangard, kemungkinan menjadikan Rusia salah satu negara pertama yang secara operasional menggunakan senjata hipersonik.
Sedangkan media China mengklaim Beijing sedang menguji dua rudal hipersonik permukaan-ke-permukaan yang diberi nama DF-17. Rudal ini melakukan penampilan publik pertamanya sebagai bagian dari perayaan memperingati 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China pada Oktober 2019. Rudal kedua, Xingkong-2, dikabarkan memiliki detail yang berbeda dibandingkan dengan DF-17.Angkatan Udara AS sendiri berhasil melakukan uji terbang terhadap Air-Launched Rapid-Response Weapon (ALRRW) pada Juni 2019. ALRRW dapat digunakan militer AS paling cepat 2023. Pembom B-1 dan B-52 keduanya adalah platform peluncuran yang mungkin untuk senjata baru itu.
Sementara itu Angkatan Laut dan Angkatan Darat AS sedang bekerja sama dalam pembuatan booster untuk rudal Mach-5-plus bersama body peluncur umum untuk senjata hipersonik tahap kedua. Angkatan Laut telah mengidentifikasi versi baru Block V dari kapal selam serang kelas Virginia sebagai platform peluncuran awal untuk rudal cepat tersebut.