Pemerintah Percepat Insentif Nakes Covid-19
JAKARTA – Pemerintah terus berupaya mempercepat pembayaran insentif bagi tenaga kesehatan (nakes) yang bertugas dalam penanganan Covid-19. Hingga kemarin, berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan Kementerian Kesehatan, total anggaran yang telah disalurkan mencapai sekitar Rp2,3 triliun.
Kepala Badan PPSDM Kementerian Kesehatan Abdul Kadir mengungkapkan dana tersebut dibagi dalam dua pos, yakni pusat dan daerah. Pusat terdiri atas rumah sakit, KKP, BBLK/BTKL/lab/relawan, dan PPDS, sedangkan daerah yakni dinkes, RSUD, dan puskesmas.
“Sesuai instruksi presiden, kami Kementerian Kesehatan terus berupaya mempercepat penyaluran insentif bagi tenaga kesehatan yang bertugas,” kata Kadir yang dikutip SINDO Media dari rilis di laman Kemenkes, kemarin.
Pemerintah juga telah mengeluarkan santunan kematian untuk nakes yang meninggal dalam penanganan Covid-19. Dari 110 nakes yang meninggal, 100 orang di antaranya telah terverifikasi dan mendapatkan santunan serta penghargaan dari pemerintah. Realisasi anggaran yang ditentukan mencapai Rp30 miliar atau 50% dari total dana santunan kematian sebesar Rp60 miliar.
“Santunan kematian telah diberikan sebanyak 50% atau Rp30 miliar kepada 100 ahli waris tenaga kesehatan yang gugur dalam penanganan Covid-19. Harapannya, ini tidak akan bertambah lagi karena keselamatan nakes adalah prioritas kami,” imbuhnya.
Selain mempercepat distribusi insentif dan santunan, Kementerian Kesehatan juga terus berupaya mendistribusikan nakes yang akan membantu penanganan Covid-19. Terlebih, kemampuan daerah untuk memenuhi kebutuhan nakes. Untuk itu, pemerintah turut melibatkan tenaga relawan kesehatan Nusantara Sehat baik secara tim maupun individu serta internship untuk membantu memutus rantai penularan Covid-19 di Indonesia.
Kadir menjabarkan, dari total tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanganan Covid-19, sebanyak 16.576 terdiri atas 2.582 tenaga relawan kesehatan, 7.487 Nusantara Sehat Tim dan Individu, dan 6.507 di antaranya merupakan internship. Seluruhnya tersebar di RS Covid-19, laboratorium, puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya.
Sebelumnya, kinerja Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto dalam penanganan pandemi Covid-19 mendapat sorotan bahkan dinilai negatif oleh sebagian besar masyarakat. Karena itu, Komisi IX DPR mendorong agar Kemenkes menjadi leading sector dalam penanganan pandemi Covid-19.“Karena bencana yang sedang dihadapi adalah bencana kesehatan,” kata Kurniasih Mufidayati, anggota Komisi X DPR, saat dihubungi SINDO Media, Sabtu (26/9/2020).
Menurut Mufida, banyak hal yang harus diperbaiki oleh Kemenkes dalam penanganan pandemi ini, di antaranya 3T yakni testing, tracing, dan treatment sebagai kunci pencegahan penularan Covid-19, yang mana masih banyak kelemahan-kelemahan.
Untuk treatment, Mufida menemukan banyak fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) yang mulai penuh kapasitasnya. Tenaga kesehatan dan tenaga medis juga sudah overload dalam menangani pasien. Bahkan, banyak juga nakes yang gugur akibat terpapar Covid-19.
“Standar layanan fasyankes belum sama dalam penanganan pasien Covid-19, obat belum ada, alat kesehatan, APD (alat pelindung diri), obat dan nutrisi perlu ditingkatkan lagi,” tambah Mufida.
Sementara hingga kemarin, jumlah kasus positif Covid-19 di Tanah Air masih terus bertambah 3.874 kasus. Dengan demikian, akumulasi total kasus mencapai 275.213 orang. Jumlah ini merupakan hasil tracing melalui pemeriksaan sebanyak 37.272 spesimen yang dilakukan dengan metode real time polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM).
Selain itu, juga dilaporkan kasus yang sembuh dari Covid-19 pada hari ini tercatat bertambah 3.611 orang, sehingga total 203.014 orang sembuh. Sementara jumlah yang meninggal kembali bertambah 78 orang, sehingga meninggal menjadi 10.386 orang. Sementara itu, 129.553 orang menjadi suspek Covid-19.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo terus mengingatkan agar seluruh lapisan masyarakat memahami dan sadar bahwa manusia menjadi perantara utama menularnya virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit corona virus disease 2019 atau Covid-19.
Menurut dia, perantara penularan penyakit Covid-19 berbeda dengan flu burung atau flu babi. Penularan virus corona jenis baru itu terjadi setelah ada kontak langsung dari orang-orang terdekat. Dengan kata lain, orang-orang terdekat ini saling mengancam apabila tidak menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.
“Dan bukan orang yang jauh dari kita. Yang menulari kita adalah orang yang terdekat, siapa orang terdekat, yakni keluarga, saudara, sanak, famili, atau teman sekerja. Itulah yang berpotensi. Jadi sebenarnya kita yang terdekat satu sama lain itu adalah saling mengancam kalau tidak hati-hati,” jelas Doni saat Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 dan Penyerahan Bantuan bersama Pemerintah Provinsi Aceh, di Aceh melalui siaran pers yang diterima SINDO Media, kemarin.
Sebagai bukti, dia mengungkapkan, berdasarkan hasil data Satgas Penanganan Covid-19 yang menunjukkan bahwa 7% penderita Covid-19 di Wisma Atlet adalah mereka yang tidak pernah keluar rumah. Data tersebut sekaligus kembali menegaskan bahwa para penderita Covid-19 tertular dari orang-orang yang berada di dekatnya.