Paus Fransiskus Desak Sri Lanka Ungkap Dalang Bom Minggu Paskah
Jakarta -Paus Fransiskus mendesak pihak berwenang Sri Lanka untuk mengungkapkan siapa yang berada di balik pemboman Minggu Paskah 2019. Seperti dilansir Al Jazeera Selasa 26 April 2022, serangan terbesar terhadap umat Katolik itu diduga plot untuk mendorong Presiden Gotabaya Rajapaksa ke tampuk kekuasaan.
Saat bertemu dengan delegasi lebih dari 60 korban serangan di tiga gereja dan tiga hotel yang menewaskan lebih dari 270 orang, Fransiskus pada Senin meminta pemerintahan Rajapaksa untuk mengungkapkan kebenaran.
“Tolong, karena cinta akan keadilan, karena cinta untuk orang-orang Anda, biarkan menjadi jelas siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa ini,” kata Paus dalam seruan ke Kolombo.“Ini akan membawa kedamaian bagi hati nurani Anda dan negara Anda.”
Berbicara kepada sekitar 3.500 warga Sri Lanka di Italia, termasuk beberapa korban, Paus juga berdoa agar Sri Lanka segera keluar dari krisis ekonomi terburuk dalam sejarahnya. Pulau ini dicekam oleh krisis ekonomi terburuk sejak merdeka pada 1948. Warga mengalami kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan yang parah dengan 22 juta penduduknya bergulat dengan pemadaman listrik setiap hari dan inflasi yang tinggi.
Kepala Gereja Katolik Sri Lanka, Malcolm Ranjith, yang memimpin misa di Basilika Santo Petrus sebelum bertemu dengan Paus, menyerukan “keadilan dan perubahan” di negaranya.
“Kami ingin masyarakat internasional bersikeras bahwa, sebelum memberikan bantuan apa pun kepada Sri Lanka, pemerintah menyadari bahwa mereka harus mengubah cara yang telah dilakukan,” Ranjith kepada Radio Vatikan.
Kardinal Ranjith bulan lalu mendesak Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membentuk mekanisme untuk menyelidiki pemboman bunuh diri pada 2019 yang menurut Kolombo dilakukan oleh kelompok-kelompok Muslim setempat.
“Kesan pertama dari pembantaian ini adalah bahwa itu murni pekerjaan beberapa ekstremis Islam,” tutur Ranjith. “Namun, penyelidikan selanjutnya menunjukkan bahwa pembantaian ini adalah bagian dari plot politik besar.”
Kardinal telah menyarankan bahwa serangan itu membantu Rajapaksa muncul sebagai “kandidat keamanan nasional” dan memenangkan pemilihan November 2019. Ranjith menuduh pemerintahan Rajapaksa melindungi operasi intelijen militer yang disebutkan dalam dua penyelidikan lokal terpisah.
Pengadilan Tinggi Sri Lanka pada Februari membebaskan dua pejabat tinggi yang dituduh melakukan “kejahatan terhadap kemanusiaan” karena gagal mencegah pemboman Minggu Paskah.
Thilina Harshani, 38 tahun, dari Negombo, selamat dari serangan di gereja Katuwapitiya tetapi kehilangan putranya yang berusia tujuh tahun, mata kirinya buta dan lumpuh dari pinggang ke bawah.
Harshani adalah seorang penari dan guru tari di Sri Lanka sebelum ledakan dan dia sekarang mencari kebenaran, karena “kami ingin tahu siapa yang melakukan ini dan mengapa kami harus sangat menderita,” katanya.