Pakar yang Klaim Putin Idap Parkinson dan Kanker Ditangkap Polisi Rusia
MOSKOW – Pakar politik Rusia , Valery Solovey, ditangkap polisi Rusia saat menghadiri pertemuan massa di Saint Petersburg pada hari Minggu (6/12/2020). Dia dikenal di kalangan media Barat karena mengklaim bahwa Presiden Vladimir Putin mengidap Parkinson dan kanker.
Bagi media Barat, Solovey adalah jendela bagi dunia rahasia Kremlin. Bagi banyak orang Rusia, dia adalah pakar konspirasi yang terkenal kejam. Tapi bagi polisi Rusia, dia adalah buron.
Surat kabar lokal Fontanka melaporkan bahwa pakar politik itu telah ditahan karena melanggar undang-undang pencegahan virus corona, khususnya yang mewajibkan penggunaan masker. Menurut polisi, dia ditangkap saat unjuk rasa untuk gerakan oposisi “Peremen”.
Menurut laporan tersebut, acara tersebut dikacaukan oleh pengunjuk rasa yang melemparkan bom asap dan menyebarkan selebaran. Solovey ditahan dan dibawa ke kantor polisi terdekat.
Komentator veteran politik Rusia tersebut mengatakan kepada surat kabar Novaya Gazeta dari balik jeruji besi bahwa dia “hanya berjalan” melewati pertemuan massa tersebut, dan bahwa para aktivis telah mendekatinya untuk mengajukan pertanyaan.
Solovey telah menjadi sumber serangkaian klaim yang semakin aneh dalam beberapa bulan terakhir tentang Vladimir Putin, di mana dia menuduh pada awal 2016 bahwa presiden akan segera mundur karena alasan kesehatan. Sejauh ini, klaim tersebut gagal terwujud.
Namun, hal itu tidak mencegahnya untuk memicu spekulasi di media Barat, dengan berbagai media termasuk Daily Mail dan New York Post menyebarkan klaimnya bahwa Presiden Putin mengidap Parkinson dan telah menjalani operasi rahasia untuk penyakit kanker.
Di masa lalu, Solovey pernah berkata bahwa dia adalah anggota dari organisasi internasional bayangan, lebih kuat daripada pemerintah nasional.
Dalam sebuah wawancara dengan seorang jurnalis Ukraina, dia menggambarkan kelompok tersebut sebagai “kelompok yang lebih kuat dari FSB (badan keamanan top Rusia), lebih kuat dari SVR (badan intelijen asing utama Rusia), dan lebih kuat dari Intelijen Militer Rusia (GRU).”
Dia, seperti dikutip Russia Today, menegaskan bahwa organisasinya bukan organisasi okultisme, dan tidak ada hubungannya dengan Templar dan Freemason.