Pakar Sebut Konflik Ukraina dan Rusia Bisa Berhenti jika Barat Tidak Terlibat
Jakarta – Peneliti filsafat politik, Reza A.A Wattimena menilai Ukraina dan Rusia harus duduk dan bertindak secara komunikatif dalam menyelesaikan krisis yang terjadi, tanpa keterlibatan Barat.
Penulis buku Memahami Hubungan Internasional Kontemporer itu, menyebut perdamaian Ukraina dan Rusia bakal tercapai jika Amerika dan Barat berhenti memaksakan nilai dan cara berpikir mereka, termasuk ke Eropa Timur.
“Karena Eropa dan Amerika terus masuk dengan dalih hak asasi, demokrasi segala macam. Karena kan demokrasi Ukraina dan Eropa itu beda. Beda budaya juga. Ini kan bias demokrasi Eropa-sentris ya,” kata Reza kepada Tempo, Senin 14 Februari 2022.
Kekhawartiran masuknya Ukraina dalam keanggotaan pakta pertahanan Atlantik Utara (NATO) atau Uni Eropa secara umum memang menjadi salah satu penyebab ketegangan di perbatasan Rusia ini.
Amerika menuding Rusia bakal menginvasi Kyiv saat mengerahkan pasukan ke perbatasan Ukraina. Rusia membantah tuduhan tersebut dengan balik menuding NATO mengerahkan pasukan di perbatasannya.
Ihwal wacana Ukraina yang condong ke Barat itu, Reza berpendapat belum tentu ada kecocokan sistem secara ekonomi ataupun politik, layaknya Afghanistan yang dikuasai oleh Taliban pada akhirnya.
“Memang tidak kompatibel, dalam ilmu antropologi pendekatan top-down, memaksakan, yang ideal kan bottom-up, aspirasi dari bawah didengarkan, angkat ke atas,” kata doktor lulusan Hochschule Für Philosophie München itu.
Pria yang pernah ekspedisi ke negara eks Uni Soviet itu juga menyampaikan, penyelesaian konflik tanpa adanya intervensi Barat lebih memungkinkan karena latar belakang historis yang kuat di antara kedua negara. Dia menduga, Ukraina bakal lebih dekat ke ekosistem Rusia karena mereka ratusan tahun sudah bersama, baik dari zaman kekaisaran Tsar hingga Uni Soviet bubar.
“Mereka terus ada semacam nostalgia, dulu di bawah Uni Soviet ‘kita memang tidak kaya tapi kita tidak miskin, makan tercukupi, pendidikan murah, mobil gak bagus tapi ada’. Tentu tidak semuanya ada yang pro-eropa dan pro-rusia,” imbuh Reza.
Rusia saat ini telah mengerahkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina. Beberapa pekan lalu Presiden Amerika Serikat Joe Biden memerintahkan hampir 3.000 tentara AS ke Polandia dan Rumania untuk melindungi sayap timur NATO.
Presiden Prancis sekaligus Uni Eropa Emmanuel Macron sudah bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Namun situasi dikabarkan makin genting karena beberapa negara meminta warganya keluar dari Ukraina.