Netizen Cina Bereaksi atas Boikot pada Produk Xinjiang, Intel Kelimpungan
Jakarta – Larangan Presiden Joe Biden pada perusahaan Amerika Serikat menggunakan bahan atau tenaga kerja dari Xinjiang, Cina, karena pelanggaran hak asasi terhadap minoritas Muslim Uyghur di sana, mulai berdampak.
Perusahaan penyedia chip semikonduktor asal Amerika Serikat, Intel, meminta maaf kepada konsumen dan mitra kerjanya di Cina atas pernyataan sebelumnya tentang pemboikotan produk dari Daerah Otonomi Xinjiang.
“Kami meminta maaf atas masalah yang terjadi pada konsumen, mitra, dan rakyat Cina yang kami hormati,” demikian pernyataan Intel dalam bahasa Mandarin yang tersiar di sejumlah media Cina, Jumat, 23 Desember 2021.
Permintaan maaf tersebut terjadi setelah surat yang dikirimkan Intel kepada mitranya agar tidak membeli barang dan jasa yang berasal dari hasil kerja paksa di Xinjang, wilayah baratlaut Cina yang dihuni etnis minoritas Muslim Uighur.
Pernyataan itu menimbulkan reaksi keras netizen di Cina. Hujatan dan ancaman boikot bermunculan. Penyanyi pop Cina Wang Junkai pada Rabu (23/12) langsung menangguhkan semua bentuk kerja sama dengan Intel menyusul keluarnya surat tersebut.
Perusahaan AS lain yang beroperasi di Cina tidak terlihat berpihak. Rantai mode H&M melihat penjualan mereka kuartal kedua 2021 turun 28 persen dibanding tahun lalu setelah pernyataannya tentang Xinjiang memicu boikot.
Lebih dari seperempat penjualan Intel senilai $78 miliar pada tahun 2020 berasal dari pelanggan di Cina. Bahkan Apple harus meniti di atas tali antara Washington dan Beijing.
Kementerian Luar Negeri Cina juga mengeluarkan pernyataan atas disahkannya Undang-Undang Anti-Kerja Paksa Etnis Minoritas Muslim Uighur Xinjiang oleh parlemen AS.
“Kami memperingatkan AS segera memperbaiki kesalahan dan berhenti menggunakan isu-isu terkait Xinjiang untuk menyebarkan kebohongan. Cina akan mengambil sikap lebih lanjut sehubungan dengan perkembangan situasi tersebut,” demikian juru bicara Kemlu Zhao Lijian.
Sebelumnya AS telah memasukkan beberapa perusahaan Xinjiang dalam daftar boikot produk. Sikap tersebut dibalas Cina dengan memberikan sanksi berupa larangan memasuki wilayah Cina, Hong Kong, dan Makau bagi empat orang dari Komisi Kebebasan Beragama Internasional AS.