Netanyahu Kalut, Masyarakat Palestina Jadi Sasaran?
Kompleks Al-Aqsa menjadi pusat krisis keamanan pekan lalu, ketika polisi Israel menggerebek masjid untuk mengusir pemuda yang mencoba bertahan dengan senjata batu dan kembang api. Brutalitas Israel terhadap warga Palestina meningkat di tengah gejolak di Tel Aviv menolak rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mereformasi sistem peradilan.
Polisi Israel memasuki kompleks di Yerusalem Rabu malam, 5 Maret 2023. Menurut Wakaf Islam – organisasi yang ditunjuk Yordania untuk mengelola situs tersuci ketiga dalam Islam, mereka menggunakan granat kejut dan peluru karet untuk memaksa orang pergi. Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan enam orang terluka.
Pasukan Israel menyerbu Masjid Al-Aqsa selama salat Tarawih untuk malam kedua berturut-turut, 6 Maret 2023. Mereka menembakkan peluru karet dan granat kejut ke arah ratusan jemaah Palestina.
Kedua penggerebekan itu mendapat kecaman keras dari berbagai pemimpin dan organisasi di seluruh dunia. Dewan Keamanan PBB diharapkan bertemu untuk sesi tertutup membahas serangan lanjutan Israel terhadap jamaah Palestina di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki.
China meminta Dewan Keamanan PBB (DK PBB) untuk mengadakan diskusi ihwal serangan terbaru Israel terhadap jamaah Palestina dan perkembangan selanjutnya. Permintaan ini disampaikan oleh utusan China untuk Timur Tengah Zhai Jun, saat menjamu duta besar dari negara-negara Arab di Beijing Jumat pagi, 7 Maret 2023.
Tekanan Politik untuk Netanyahu
Ketika ketegangan meningkat di antara Israel dan Palestina, puluhan ribu warga Israel pada akhir pekan lalu menggelar protes menentang rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memperketat kontrol di Mahkamah Agung. Serangkaian unjuk rasa terbaru terhadap rencana tersebut juga terjadi ketika Israel menghadapi peningkatan tajam dalam ketegangan di beberapa front.
Di pusat Tel Aviv, massa yang mengibarkan bendera biru dan putih Israel yang telah menjadi ciri khas protes selama tiga bulan terakhir. Mereka berkumpul pada Sabtu, 8 April 2023, untuk menunjukkan pembangkangan terhadap rencana yang dilihat sebagai ancaman eksistensial terhadap demokrasi Israel.
Demonstrasi dimulai dengan doa bagi para korban serangan sehari sebelumnya. Orang-orang Israel gelisah setelah serangan mobil di Tel Aviv pada Jumat, 7 April 2023, yang menewaskan seorang pria Italia dan melukai lima turis lainnya.
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengutuk serangan itu, dengan mengatakan “penargetan warga sipil tak berdosa dari kebangsaan apa pun tidak masuk akal.”
Insiden itu terjadi beberapa jam setelah serangan senjata menewaskan dua saudara perempuan Israel dan melukai ibu mereka di dekat pemukiman di Tepi Barat yang diduduki.
Sebagai tanda perpecahan politik Israel, pada Senin, 10 April 2023, tujuh menteri termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich memimpin ribuan warga Israel pawai ke pos pemukim ilegal Avitar, di wilayah pendudukan Tepi Barat. Wilayah itu sempat ditinggalkan dua tahun lalu.
Protes balasan Palestina diadakan di dekatnya. Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan 191 warga Palestina terluka oleh pasukan keamanan Israel.
“Sekarang mereka mengerti mengapa saya mendorong pembentukan garda nasional,” kata kepala keamanan sayap kanan Itamar Ben-Gvir pada demonstrasi tersebut.
Netanyahu setuju untuk membawa inisiatif Ben-Gvir, pemukim Yahudi garis keras, untuk persetujuan kabinet, setelah kepala keamanan mendukung jeda Netanyahu dari proposal perombakan yudisial.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin, 10 April 2023, membatalkan keputusan untuk memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant menyusul krisis keamanan yang meningkat.
Gallant, pada bulan lalu menyampaikan seruan publik untuk menghentikan rencana perombakan peradilan yang memecah belah pemerintah. Menurut menteri, itu telah menjadi ancaman bagi keamanan Israel.
Jajak pendapat yang dibuat Channel 13 News, menunjukkan Partai Likud akan kehilangan lebih dari sepertiga kursinya jika pemilihan diadakan sekarang. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu diperkirakan akan gagal mendapatkan mayoritas dengan mitra koalisi sayap kanannya.
Hasil survei mengindikasikan partai Likud yang konservatif akan memenangkan 20 kursi di parlemen Israel yang beranggotakan 120 orang, turun dari 32 kursi yang dimenangkannya November lalu. Sementara koalisi religius-nasionalisnya akan gagal memperoleh mayoritas, dengan 46 kursi, turun dari 64 kursi.
Menurut survei yang dilakukan oleh Camil Fuchs, jika pemilihan diadakan hari ini, daftar kanan-tengah mantan Menteri Pertahanan Benny Gantz akan menempati urutan pertama dengan 29 kursi, diikuti oleh partai sentris Yair Lapid dengan 21 kursi.
Ketika ditanya tentang kinerja Netanyahu sebagai perdana menteri, 71 persen dari 699 responden, seperti dilaporkan Channel 13 News, mengatakan itu “tidak baik”, sementara 20 persen mengatakan itu “baik”.
Boaz Bismuth dari partai Partai Likud menolak survei tersebut. “Ada jajak pendapat yang luar biasa dan sangat, sangat andal pada 1 November, saya masih mengandalkannya,” katanya kepada Radio Angkatan Darat pada Senin, mengacu pada pemilihan nasional terakhir.