Narapidana Tertua Guantanamo Saifullah Paracha Dibebaskan Setelah 19 Tahun
TEMPO.CO, Jakarta – Narapidana tertua di fasilitas penahanan Teluk Guantanamo yang dikelola Amerika Serikat di Kuba, Saifullah Paracha, telah dibebaskan ke negara asalnya Pakistan setelah 19 ditahan tanpa pengadilan.
“Kementerian Luar Negeri menyelesaikan proses antarlembaga yang luas untuk memfasilitasi pemulangan Tuan Paracha,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan pada Sabtu, 29 Oktober 2022.
“Kami senang bahwa seorang warga negara Pakistan yang ditahan di luar negeri akhirnya bersatu kembali dengan keluarganya.”
Paracha, seorang pengusaha yang kini berusia sekitar 75 tahun, ditangkap pada 2003 di Thailand atas tuduhan mendanai kelompok bersenjata. Namun ia tetap mengaku tidak bersalah dan menyatakan cintanya pada Amerika Serikat.
Pada Mei lalu, Amerika menyetujui pembebasannya dengan menyimpulkan Paracha bukan ancaman berkelanjutan bagi Amerika.
Seperti kebanyakan tahanan di Guantanamo, Paracha tidak pernah didakwa secara resmi dan memiliki sedikit kekuatan hukum untuk menentang penahanannya.
Penjara militer rahasia Amerika itu didirikan setelah peristiwa 9/11 untuk menahan tersangka anggota al-Qaeda yang ditangkap selama invasi ke Afghanistan pada 2001.
Namun, dari 780 narapidana yang ditahan selama “perang melawan teror” Amerika, 732 di antaranya dibebaskan tanpa tuduhan. Banyak dari mereka dipenjara selama lebih dari satu dekade tanpa sarana hukum untuk menentang penahanan mereka.
Hampir 40 tahanan tetap berada di fasilitas penahanan paling terkenal di dunia itu, yang telah menjadi simbol pelanggaran hak asasi manusia.
Paracha dibebaskan setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyetujui pembebasannya pada tahun lalu, bersama dengan seorang warga negara Pakistan lainnya Abdul Rabbani, 55 tahun; dan warga negara Yaman, Utsman Abdul al-Rahim Uthman, 41 tahun.
Biden berada di bawah tekanan untuk membersihkan tahanan yang tidak didakwa di Guantanamo dan melanjutkan persidangan mereka yang dituduh memiliki hubungan langsung dengan al-Qaeda.
Di antara sekitar 40 narapidana yang tersisa adalah beberapa pria yang diduga berperan langsung dalam 9/11 dan serangan al-Qaeda lainnya.
Paracha, yang belajar di Amerika, memiliki bisnis ekspor-impor yang memasok pengecer besar Amerika. Pihak berwenang Amerika menuduhnya melakukan kontak dengan tokoh al-Qaeda, termasuk Osama bin Laden dan Khalid Sheikh Mohammed, yang disebut sebagai arsitek utama serangan 9/11.
Pada 2008, pengacara Paracha mengatakan pengusaha itu bertemu bin Laden pada 1999 dan setahun kemudian sehubungan dengan produksi program televisi.
Reprieve, badan amal hak asasi manusia yang berbasis di Inggris, menggambarkan Paracha sebagai tahanan selamanya.
Sejak pertama kali dibuka, Guantanamo menjadi terkenal karena pelanggaran hak asasi manusia dan fakta bahwa pemerintah Amerika Serikat tidak menganggap tahanannya berhak atas perlindungan apa pun menurut hukum internasional.