Migran yang Dikirim ke Meksiko Banyak Jadi Korban Penculikan
MEXICO CITY – Para pencari suaka asal Amerika Tengah yang dikirim ke Meksiko oleh Amerika Serikat (AS) untuk menunggu tanggal pengadilan AS, semakin banyak yang menjadi korban penculikan dan jenis lain kekerasan.
Laporan terbaru itu dirilis oleh Doctors Without Borders (MSF). Untuk mengurangi klaim suaka, pemerintahan Presiden AS Donald Trump meluncurkan inisiatif pada Januari 2019 yang memaksa lebih dari 57.000 migran non-Meksiko menunggu di Meksiko untuk pemeriksaan pengadilan imigrasi AS, sesuai program yang disebut Protokol Proteksi Migran (MPP).
MPP yang disebut Remain di Meksiko itu merupakan salah satu dari berbagai kebijakan AS yang tumpang tindih untuk mengurangi pencari suaka.
Para pengkritik menganggap program itu menempatkan migran ke situasi yang buruk, padahal sebagian besar migran ingin menghindari kekerasan dan kemiskinan di Amerika Tengah.
“Mereka yang telah kembali ke Meksiko menghadapi risiko serius dan secara sistematis terpapar kekerasa dan potensi kejadian traumatik,” ungkap laporan itu.
MSF menyatakan pada September 2019 bahwa hampir 44% pasiennya yang dikirim ke kota Nuevo Laredo, perbatasan Meksiko, telah diculik dan 12% lainnya menjadi korban upaya penculikan.
Pada Oktober, persentase penculikan meningkat menjadi 75%. “Menurut sejumlah testimoni orang-orang itu, penculikan dapat berlangsung beberapa pekan, dan mereka kadang dipaksa bekerja untuk para penculiknya,” papar MSF dalam laporan itu.