Menlu Thailand: Indonesia Tak Tahu Apa yang Terjadi di Myanmar Setiap Harinya
Tidak seperti negara-negara yang berbatasan langsung dengan Myanmar, Indonesia dianggap tidak mengetahui apa yang terjadi di negara itu sesungguhnya maupun setiap harinya.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Thailand, Don Pramudwinai, kepada wartawan di sela-sela perhelatan 56th ASEAN Foreign Ministers Meeting (AMM) di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, pada Kamis (13/7).
Pernyataan Don disampaikan demi menjustifikasi tindakannya mengundang junta militer Myanmar ke pertemuan informal menteri luar negeri ASEAN di Pattaya, Thailand, pada Juni lalu.
Don mengaku telah mengundang Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi untuk juga menghadiri pertemuan tersebut, tetapi pemerintah Indonesia memutuskan absen.
“Seperti Indonesia, Anda berada jauh dari Myanmar — Anda tidak tahu apa yang terjadi setiap harinya di sana (Myanmar),” ungkap Don.
Namun, sambung Don, negara-negara yang berbagi perbatasan langsung dengan Myanmar adalah pihak paling terdampak krisis politik dan kemanusiaan akibat kudeta militer yang telah berlangsung lebih dari dua tahun itu.
“Tetapi kami terpengaruh, India terpengaruh. Negara-negara yang berbatasan langsung dengan Myanmar semua terkena dampaknya,” jelas dia.
Adapun dampak yang dimaksud adalah kejahatan transnasional. Mulai dari penipuan, kejahatan nasional terkait narkoba, penyalahgunaan senjata, hingga perdagangan manusia.
Lonjakan kejahatan terjadi setelah kudeta pada 2021 berujung krisis di Myanmar.
Menurut Don, seluruh kejahatan tersebut terjadi setiap harinya di perbatasan Myanmar hingga berdampak ke negara tetangga. Atas dasar itulah. pemerintah Thailand kemudian memutuskan untuk mencari cara lain untuk menyelesaikan perkara ini, yakni dengan melibatkan junta ke meja dialog.
“Jadi kami pikir kami harus mencoba mencari jalan keluar sesegera mungkin. Jika kita membiarkan semua hal ini terus berlanjut, itu tidak baik untuk semua negara yang berbatasan,” jelas Don.
