Menhan AS: Perang Besar Berikutnya akan Sangat Berbeda dari Perang Lama
WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) perlu bersiap menghadapi potensi konflik di masa depan yang memiliki sedikit kemiripan dengan “perang-perang lama” yang telah lama dilakukan Pentagon.
Peringatan itu diungkapkan Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin dalam pidato kebijakan penting pertamanya.
Austin, menurut kutipan awal pidatonya, menyerukan memanfaatkan kemajuan teknologi dan mengintegrasikan operasi militer secara global dengan lebih baik untuk “memahami lebih cepat, memutuskan lebih cepat, dan bertindak lebih cepat.”
“Cara kita berperang dalam perang besar berikutnya akan terlihat sangat berbeda dari cara kita berperang yang terakhir,” ujar Austin dalam perjalanan ke Komando Pasifik AS yang berbasis di Hawaii, menurut kutipan dari pidatonya yang diberikan pada Reuters.
Kutipan pidato tersebut tidak menyebutkan saingan seperti China atau Rusia. Pernyataan itu muncul saat Amerika Serikat memulai penarikan pasukan tanpa syarat dari Afghanistan atas perintah dari Presiden Joe Biden yang bertujuan mengakhiri perang terpanjang Amerika dan mengatur ulang prioritas Pentagon.
Pengkritik mengatakan mundur dari Afghanistan tidak akan mengakhiri konflik internal negara itu, memadamkan ancaman terorisme atau membuat pengalaman dari perang kontra-pemberontakan selama 20 tahun menjadi tidak relevan, karena berbagai organisasi militan seperti ISIS menyebar ke penjuru dunia.
Austin mengakui dia telah menghabiskan “sebagian besar dari dua dekade terakhir untuk melaksanakan perang terakhir dari perang-perang lama,” memahami berbagai pelajaran yang tidak akan dia lupakan.
Pernyataannya tampaknya tidak menentukan tindakan tertentu, atau memprediksi konflik tertentu.
Dia malah tampak menguraikan tujuan yang luas dan agak kabur untuk mendorong Pentagon di era pemerintahan Biden.
“Kita tidak bisa memprediksi masa depan,” ujar Austin.
“Jadi yang kita butuhkan adalah perpaduan yang tepat antara teknologi, konsep operasional, dan kapabilitas, semuanya dijalin bersama dalam cara jaringan yang sangat kredibel, fleksibel, dan tangguh sehingga akan memberikan jeda bagi musuh,” papar dia.
“Mencegah satu konflik berarti menciptakan keuntungan bagi kita dan dilema bagi mereka,” tutur Austin.