Mengapa AS Khawatir UEA Dapat Bocorkan Teknologi Jet Tempur Siluman F-35 ke China?
WASHINGTON – Hubungan keamanan yang berkembang antara China dan Uni Emirat Arab (UEA) dilaporkan telah membuat Amerika Serikat (AS) memikirkan kembali kesepakatan penjualan jet tempur siluman F-35 dengan negara Teluk itu. Ada kekhawatiran di Washington bahwa teknologi jet tempur itu dapat dibocorkan kepada Beijing.
Laporan Wall Street Journal (WSJ) baru-baru ini mengatakan kerjasama keamanan antara China dan UEA dapat mendorong Amerika untuk meninjau kembali keputusannya dalam menjual apa yang dianggap sebagai pesawat tempur termahal di dunia.
Jejak kaki China yang tumbuh di UEA dan seluruh Timur Tengah sedang dilihat secara kritis oleh Washington. UEA adalah salah satu sekutu terdekat Amerika di kawasan itu.
Laporan WSJ mengatakan pejabat intelijen Amerika telah menandai insiden baru-baru ini di mana dua pesawat Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China terlihat menurunkan kargo yang belum ditentukan di bandara UEA.
Kesepakatan F-35
Setelah penandatanganan Abraham Accord tahun 2020 yang menormalkan hubungan antara UEA dan Israel, pemerintahan Donald Trump telah memutuskan untuk menjual 50 unit pesawat F-35 Lightning II ke negara Teluk tersebut.
Kesepakatan penjualan paket senjata senilai USD23,37 miliar juga mencakup sekitar 18 drone MQ-9B dan koleksi rudal air-to-air dan air-to-surface.
AS menganggap F-35 sebagai permata mahkota dan agak pilih-pilih dalam menyegel penjualan jet tempur canggih tersebut. Dikembangkan oleh Lockheed Martin, F-35 adalah salah satu pesawat tempur paling canggih yang pernah dibuat.
Ada delapan mitra internasional yang terlibat dalam program F-35 Joint Strike Fighter—AS, Inggris, Italia, Belanda, Australia, Norwegia, Denmark, dan Kanada.
Enam pelanggan Penjualan Militer Asing juga membeli dan mengoperasikan F-35—Israel, Jepang, Korea Selatan, Polandia, Belgia, dan Singapura. Data itu bersumber dari Lockheed Martin, kontraktor utama untuk program tersebut.
F-35 dicap sebagai mesin siluman kelas atas dengan kesadaran situasional yang tak tertandingi untuk melakukan operasi misi secara elektronik, dibantu oleh pengambilan data tingkat lanjut dan rangkaian komunikasi yang kuat.Paket sensor hi-tech-nya mengumpulkan data dalam jumlah besar, lebih banyak dari pesawat tempur sebelumnya dalam sejarah penerbangan tempur, memberikan pilotnya keuntungan yang menentukan dalam pertempuran.
Menurut kesepakatan antara AS dan UEA, F-35 akan dikirim ke UEA pada 2027. Laporan oleh WSJ menyatakan bahwa AS, sebelum penjualan jet tempur paling canggihnya, menginginkan jaminan dari UEA bahwa negara Teluk itu tidak akan mengizinkan China mengakses teknologi perang Amerika.
Ditentang Parlemen AS
Anggota Parlemen dari Partai Demokrat yang juga Ketua Komite Urusan Luar Negeri Parlemen, Gregory Meeks telah mengajukan banyak pertanyaan tentang keputusan apa pun oleh Administrasi Joe Biden untuk melanjutkan transfer F-35, UAV atau drone bersenjata, amunisi dan senjata lainnya yang diusulkan Administrasi Trump.
Israel adalah satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki F-35 di gudang senjatanya. Pada saat kesepakatan AS-UEA, Israel telah mengajukan beberapa keberatan untuk itu.
Hubungan dekat yang dimilikinya dengan AS telah memudahkan Israel untuk mendapatkan jaminan bahwa bahkan dengan kesepakatan itu, keunggulan militer kualitatif Israel di kawasan itu akan dipertahankan.
Faktanya, mempertahankan keunggulan militer Israel adalah salah satu syarat pemerintahan Biden untuk penjualan F-35 ke UEA. Terlepas dari ini, AS telah menempatkan dua syarat lain—UEA akan memastikan bahwa negara mana pun, terutama China, tidak mendapatkan akses ke F-35 atau teknologi drone dan bahwa negara tersebut tidak akan menggunakan senjata ini di Yaman atau pub Libya.
Ikatan UEA-China Berkembang
Hubungan antara China dan UEA telah berkembang ke berbagai sektor selama bertahun-tahun—dari militer hingga teknologi serta kesehatan, seperti yang terlihat selama pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung.
China telah memberikan vaksin Sinopharm ke UEA, yang telah mulai memberikan dosis ketiga yang sama kepada warganya.
Menurut laporan Pentagon 2020 tentang ambisi militer China, Beijing sedang mempertimbangkan berbagai lokasi untuk mendirikan fasilitas logistik militernya, termasuk UEA.
WSJ mengutip beberapa pejabat pertahanan, yang mengindikasikan bahwa Beijing mungkin telah mempertimbangkan pendirian pangkalan Angkatan Laut di UEA dan mengirim personel militer ke negara itu.
Bahkan di bidang teknologi, China semakin dekat dengan UEA. Baru-baru ini raksasa teknologi China; Huawei, meluncurkan “toko serba ada” untuk perusahaan rintisan di Dubai International Financial Center (DIFC).
Huawei juga berusaha menjadi penyedia jaringan 5G terkemuka di kawasan tersebut. Penting untuk disebutkan bahwa perusahaan teknologi China itu dituduh melakukan spionase perusahaan oleh pesaing Barat-nya.
Para ahli berpendapat bahwa hubungan yang tumbuh antara UEA dan China, termasuk hubungan pertahanan, dapat membocorkan spesifikasi F-35 yang sangat rahasia ke China, termasuk teknologi silumannya, yang coba dikuasai banyak negara.