Mayoritas Rakyat AS Dukung Demonstrasi Antirasial
WASHINGTON – Mayoritas rakyat Amerika Serikat (AS) bersimpati dengan demonstrasi yang menyebar di seluruh wilayah negara tersebut. Aksi itu semakin marak karena mereka meluapkan kemarahan atas respons Presiden Donald Trump yang cenderung menggunakan gaya diktator.
Demonstrasi tidak hanya untuk mengekspresikan atas perlakuan terhadap George Floyd, tapi juga mengecam kekejaman polisi atas perlakuan mereka terhadap warga kulit hitam di Amerika. Orang Afrika-Amerika lebih mungkin ditembak secara fatal oleh polisi dibandingkan kelompok etnis lain. Mereka juga ditangkap karena penyalahgunaan narkoba pada tingkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan warga Amerika kulit putih, meskipun survei menunjukkan penggunaan narkoba pada kedua etnis itu sama.
Survei yang dilaksanakan Reuters/Ipsos menunjukkan 64% warga AS menunjukkan simpati dengan demonstrasi yang terjadi saat ini. Sedangkan 27% menyatakan tidak bersimpati dan 9% menyebutkan tidak yakin dengan demonstrasi tersebut. Hasil jajak pendapat menunjukkan resiko besar politik bagi Trump karena menggunakan pendekatan garis keras terhadap para demonstran dengan mengancam akan menerjunkan militer untuk menghalau para demonstran.
“Lebih dari 55% rakyat AS tidak sepakat dengan respons Trump terhadap demonstran, termasuk 40% yang menolak keras,” demikian kesimpulan jajak pendapat tersebut, dilansir Reuters. Trump bisa saja menghadapi kekalahan ketika popularitasnya menurunkan pada pemilu November mendatang melawan kandidat calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden. Apalagi, jajak pendapat terpisah menyatakan Biden memimpin di atas Trump sebesar 10%.
Sementara itu, aksi penjarahan di berbagai pusat ikonik di New York, Macy dan toko-toko lainnya masih terus berlanjutnya. Jam malam di New York diperpanjang hingga Minggu (7/6), sementara jam malam di Philadeplhia berlaku hingga Kamis (4/6). Polisi New York kini aktif memburu para penjarah. Namun, banyak penjarah yang bterus melakukan aksinya dan banyak orang berkumpul di depan toko yang menjadi target penjarahan. Gubernur New York Andrew Cuomo mengkritik polisi yang disebutnya “tidak melakukan tugasnya”.
Presiden Trump menyalahkan Gubernur New York Andrew Cuomo atas situasi kekacauan di pusat bisnis AS tersebut. “kerusuhan, tidak ada penegakan hukum dan kerusakan terjadi di New york,” kata Trump dilansir Fox News. “Kapan Gubernur Cumo akan meminta bantuan pemerintah federal. New York City tidka terkendali,” katanya.
Trump Dikecam
Bahkan, mantan presiden AS George W Bush menyebut AS mengalami kegagalan tragis karena ketidakadilan rasial menyusul aksi demonstrasi yang sudah berlangsung lebih dari satu pekan. “Sungguh suatu kegagalan yang mengejutkan ketika banyak warga Afro-Amerika, khususnya anak muda, diperlakukan kasar dan diancam di negara mereka,” kata Bush sebagai bentuk simpati atas kematian George Floyd pada 25 Mei silam.
Dia mengungkapkan, serangkaian tragedi tersebut memunculkan pernyataan, “Bagaimana kita mengadiri rasistem sistemik di masyarakat kita?”. “Saat ini bagi AS untuk menguji kegagalan tragis ini,” ujarnya.
Kemudian, sutradara film Amerika keturunan Afrika, Spike Lee, menuding tanggapan Presiden Trump terhadap kematian George Floyd, menunjukkan bahwa dia adalah seorang penjahat yang berusaha menjadi diktator. “Rakyat AS sangat marah karena sistem dibentuk untuk membuat mereka gagal,” ujarnya.
Sedangkan calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, mengkritik saingannya, Presiden Trump, yang disebutnya menggunakan krisis ini untuk menarik pendukungnya. Biden menuding Trump justru menjadi sumber masalah dari isu rasial kali ini. “Trump berpikir perpecahan (ras) justru akan membantunya (memenangkan pemilu,” kata Biden.
Mengenai kunjungan Trump ke Kuil Nasional Saint John Paul II, Uskup Agung Wilton D Gregory mengatakan itu melanggar prinsip-prinsip gereja, menambahkan bahwa umat Katolik semestinya membela hak semua orang. Gregory juga mengutuk upaya pembubaran unjuk rasa di luar Gedung Putih sehari sebelumnya demi Trump bisa berkunjung ke gereja tersebut.
“Saint John Paul tidak akan memaafkan penggunaan gas air mata dan penghalang lainnya untuk membungkam, menyebarkan atau mengintimidasi [pendemo] demi kesempatan untuk berpose di depan tempat ibadah,” ujarnya. Kemudian, Uskup Episkopal Washington, Mariann Budde, juga mengutuk aksi Trump. Trump telah menyerukan kepada pemerintah negara bagian dan pemerintah kota untuk mengerahkan Garda Nasional