Korut: Israel Ubah Gaza Jadi ‘Rumah Pemotongan Manusia yang Besar’
PYONGYANG – Pemerintah Korea Utara (Korut) mengecam Israel karena mengubah Jalur Gaza, Palestina , menjadi “rumah pemotongan manusia yang besar” dan tempat pembantaian anak-anak.
Kecaman dari pemerintah yang dipimpin Kim Jong-un itu merujuk pada pemboman Israel di Gaza dalam perang 11 hari antara militer Zionis dengan Hamas pada Mei lalu.
“Kejahatan mengerikan Israel membunuh anak-anak seperti tunas, belum berkembang, merupakan tantangan berat bagi masa depan umat manusia dan kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata kementerian tersebut.
“Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa seluruh Jalur Gaza telah berubah menjadi rumah pemotongan manusia yang besar dan tempat pembantaian anak-anak,” lanjut kementerian tersebut seperti dikutip dari Newsweek, Senin (6/7/2021)
“Segera setelah pemboman berakhir, [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu dan pihak berwenang Israel berusaha menyembunyikan kejahatan mereka membunuh bahkan anak-anak,” imbuh Kementerian Luar Negeri Korut.
“Outlet berita internasional sangat mengutuk Israel karena terus membantai anak-anak, menunjuk Israel sebagai penyebab pengusiran warga Palestina, perluasan pemukiman ilegal dan menabur benih kebencian dengan menekan ibadah mereka yang damai.”
Pernyataan itu dikeluarkan pada 4 Juni, yang ditetapkan oleh PBB sebagai Hari Internasional Anak-anak Tak Bersalah Korban Agresi. Hari itu untuk menandai tindakan agresi Israel terhadap sejumlah besar korban anak-anak Palestina dan Lebanon yang tidak bersalah pada Agustus 1982.
Bentrokan terbaru antara Israel dan Hamas di Gaza menghancurkan ribuan bisnis dan rumah, menggusur lebih dari 100.000 orang di wilayah tersebut.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan sekitar 240 warga Palestina tewas dalam 11 hari konflik. Para pejabat Zionis melaporkan sedikitnya 12 orang tewas di Israel.
Perang itu berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Mesir. Hamas dan Israel sama-sama mengeklaim kemenangan.
Israel dan Palestina telah terlibat dalam pembicaraan damai sporadis selama 25 tahun terakhir, tetapi belum ada resolusi yang tercapai.
Pyongyang menganggap Israel sebagai “satelit imperialis” yang bertentangan dengan ideologi anti-imperialis dan anti-kolonialis Korut.
Selama beberapa dekade, rezim keluarga Kim Jong-un telah memihak kelompok perlawanan Palestina termasuk Hamas.
Pada 1990-an, mantan Pemimpin Tertinggi Kim Jong-il membantu mantan duta besar Palestina untuk Korea Utara Mustafa Safarini dengan perawatan kesuburan setelah mengembangkan hubungan dekat dengan pejabat tersebut.
Sementara ideologi mereka selaras, solidaritas Pyongyang dengan gerakan pembebasan Palestina juga telah membuat Korea Utara memiliki hubungan diplomatik dengan kawasan Arab.
Kementerian Luar Negeri Israel belum bersedia berkomentar atas kecaman Korea Utara terkait pemboman militer Zionis di Gaza bulan lalu.