Korsel Bantah Pasukannya Terobos Wilayah Korut untuk Cari Jasad Pejabatnya
SEOUL – Pemerintah Pyongyang menuduh pasukan Korea Selatan (Korsel) menerobos perbatasan laut Korea Utara (Korut) untuk mencari jenazah seorang pejabat Korea Selatan yang dibunuh oleh pasukan Korea Utara pekan lalu. Seoul membantah tuduhan itu, tetapi Pyongyan memperingatkan bahwa insiden itu dapat meningkatkan ketegangan.
“Kami mendesak pihak (Korea) Selatan untuk segera menghentikan intrusi di garis demarkasi militer di Laut Barat yang dapat menyebabkan peningkatan ketegangan,” kata pemerintah Korea Utara melalui medianya, Korean Central News Agency (KCNA).
“Ini membangkitkan kewaspadaan kami karena dapat menyebabkan insiden mengerikan lainnya,” lanjut pihak pemerintah yang dipimpin Kim Jong-un tersebut.
Militer dan Coast Guard (Penjaga Pantai) Korea Selatan telah menanggapi tuduhan tersebut, sebagaimana dilaporkan Fox News, Senin (28/9/2020). Menurut militer Korsel, kapal dan pesawat mereka telah menggeledah perairan perbatasan Korea Selatan sejak Jumat untuk berjaga-jaga jika jasad pejabat tersebut kembali ke wilayah Korea Selatan.
Para pejabat di Seoul mengatakan, pejabat Korea Selatan yang berusia 47 tahun itu kemungkinan mencoba membelot sebelum pasukan Korea Utara di atas kapal menembaknya dan membakar tubuhnya.
Kim Jong-un mengeluarkan permintaan maaf yang langka atas penembakan terhadap pejabat tersebut dalam pesan yang diterima oleh Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada hari Jumat pekan lalu.
Pesan itu mengatakan pasukan Korea Utara menembak pejabat itu karena dia berusaha melarikan diri setelah menolak menjawab pertanyaan. Menurut pesan tersebut, pasukan Korea Utara tidak dapat menemukan tubuh pejabat itu dan membakar benda yang dinaikinya sesuai dengan aturan pencegan virus corona.
Kantor Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan Dewan Keamanan Nasional negaranya memandang permintaan maaf Kim Jong-un secara positif dan mengusulkan penyelidikan bersama dengan Korea Utara untuk mencari tahu apa yang terjadi pada pejabat itu.
Kim Jong-un saat ini sedang berjuang untuk mengatasi kesengsaraan ekonomi yang memburuk yang disebabkan oleh sanksi internasional yang dipimpin Amerika Serikat (AS) atas program nuklirnya dan pandemi yang memaksa negaranya untuk menutup perbatasannya dengan China, mitra dagang terbesar Korea Utara.