Korea Utara Uji Coba Rudal Nuklir Besar-Besaran, Bikin AS Khawatir
Jakarta – Korea Utara menggelar uji coba rudal nuklir besar-besaran di awal 2022 ini. Sepanjang Januari, mereka meluncurkan tujuh rudal termasuk Hwasong-12 yang ditembakkan ke luar angkasa, Minggu, 30 Januari 2022.
Peluncuran rudal balistik jarak menengah (IRBM) itu adalah yang pertama kalinya sejak 2017.
Rudal balistik sekelas Hwasong-12 ini pernah mengancam akan menargetkan wilayah AS di Guam, sehingga memicu kekhawatiran negara bersenjata nuklir ini dapat melanjutkan pengujian untuk rudal jarak jauh.
Amerika Serikat khawatir uji coba rudal Korea Utara yang meningkat dapat menjadi pemanasan untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir dan rudal balistik antarbenua (ICBM).
AS berjanji akan memberikan tanggapan yang tidak ditentukan “yang dirancang untuk menunjukkan komitmen kami kepada sekutu kami,” kata seorang pejabat senior AS kepada wartawan di Washington.
“Bukan hanya apa yang mereka lakukan kemarin, ini adalah fakta bahwa ini terjadi menyusul sejumlah tes yang cukup signifikan di bulan ini,” kata pejabat itu, yang mendesak Pyongyang bergabung dalam pembicaraan langsung tanpa prasyarat.
Korea Utara mengatakan pihaknya terbuka untuk diplomasi, tetapi menilai tawaran Washington itu telah dirusak oleh dukungan AS terhadap sanksi dan latihan militer bersama serta pengembangan senjata di Korea Selatan dan kawasan.
Di tengah kesibukan diplomasi pada 2018, termasuk pertemuan puncak dengan AS saat itu Presiden Donald Trump, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyatakan kekuatan nuklirnya lengkap dan mengatakan dia akan menangguhkan uji coba nuklir dan peluncuran rudal jarak jauh negara itu.
Kim mengatakan dia tidak lagi terikat oleh moratorium setelah pembicaraan terhenti pada 2019, dan Korea Utara menyatakan mereka dapat memulai kembali kegiatan pengujian itu karena Amerika Serikat tidak menunjukkan tanda-tanda akan membatalkan “kebijakan bermusuhan.”
Tidak jelas apakah IRBM seperti Hwasong-12 dimasukkan dalam moratorium Kim, tetapi tidak ada yang diuji sejak 2017.
Analis Korea Utara mengatakan uji coba tampaknya bertujuan untuk mengamankan penerimaan global dari program senjatanya, baik melalui konsesi atau hanya memenangkan persetujuan dari dunia yang terganggu.
“Pengalihan perhatian dunia pada isu-isu lain tampaknya benar-benar menguntungkan Korea Utara saat ini,” kata Markus Garlauskas dari lembaga pemikir Dewan Atlantik dan mantan anggota perwira intelijen nasional AS untuk Korea Utara.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan bahwa uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini mengingatkan pada ketegangan yang meningkat pada 2017, ketika Korea Utara melakukan beberapa uji coba nuklir, meluncurkan rudal terbesarnya, dan menarik kemarahan Amerika Serikat.