Komunitas Kurdi Cemas Jadi Pion atas Ambisi Swedia Masuk NATO
Kurdi di diaspora besar Swedia khawatir mereka akan menjadi pion dalam negosiasi ambisi Stockholm untuk bergabung dengan NATO. Apalagi jika Barat membuat konsesi untuk memenangkan dukungan Turki.
Sebelumnya, Swedia bersama dengan Finlandia mengajukan keanggotaan NATO sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina. Tawaran mereka disambut hangat sebagai momen bersejarah oleh para pemimpin aliansi.
Namun langkah itu menghadapi tentangan dari Turki yang menganggap Swedia melindungi militan Kurdi.
“Kami tidak ingin orang Kurdi berada di meja perundingan,” kata Shiyar Ali seorang perwakilan Skandinavia dari sebagian besar wilayah Kurdi di Suriah utara dikutip dari IBTimes, Selasa 28 Juni 2022.
Setiap tawaran untuk bergabung dengan NATO yang mengadakan pertemuan puncak tiga hari pada minggu ini diketahui membutuhkan dukungan dari masing-masing yakni 30 anggotanya. Sementara Turki telah menjadi sekutu NATO selama lebih dari 70 tahun.
Diaspora Kurdi Swedia yang setidaknya ada berjumlah 100.000 orang dan dukungan Stockholm untuk hak-hak Kurdi telah lama menjadi titik gesekan dalam hubungan dengan Ankara.
“Swedia telah menjadi duri di pihak Turki mengkritik pelanggaran hak asasi manusia Turki. Ada diaspora Kurdi yang kuat dan bersemangat di Swedia yang sebagian bersimpati kepada PKK,” ujar Direktur Institut Studi Turki di Universitas Stockholm Paul Levin.
“Semua hal ini bertentangan dengan perspektif Turki tentang masalah ini bahwa PKK dan afiliasinya merupakan ancaman keamanan nasional yang penting bagi Turki.”
PKK merupakan akronim Partai Pekerja Kurdistan diketahui telah melancarkan pemberontakan di Turki sejak 1984 di mana lebih dari 40.000 orang telah tewas. Sejak saat itu hubungan otoritas Turki dan Kurdi bermusuhan.
Sementara Swedia telah lama melarang PKK dan mengatakan hanya memberikan bantuan kemanusiaan ke Suriah dan pengungsi di kawasan itu, terutama melalui organisasi internasional. Namun Turki menganggap negara ini tetap memberikan ruang bagi PKK lantara imigran Kurdi bersimpati kepada PKK tersebut.
Pada saat yang sama dengan pembicaraan NATO, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengancam akan meluncurkan serangan baru ke Suriah utara untuk merebut kembali kota-kota yang dikuasai oleh Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi yang didukung oleh Washington.
Milisi YPG Kurdi adalah bagian penting dari SDF yang mengendalikan sebagian besar Suriah utara dan dianggap oleh Washington sebagai sekutu penting melawan ISIS.
Namun Ankara melihatnya sebagai perpanjangan dari militan PKK dan mengancamnya sebagai kelompok teroris. Sementara pemerintah Barat tidak demikian.
Selain kemarahannya terhadap kedua negara Nordik, Turki telah lama dibuat geram oleh dukungan lain untuk YPG terutama dari Amerika Serikat, Prancis dan Jerman.