Kepala Baru Mossad: Iran Bekerja untuk Impian Bom Nuklir Sambil Bernegosiasi
TEL AVIV – Kepala baru Mossad , David Barnea, memperingatkan bahwa Iran sedang bekerjaguna memenuhi impiannya untuk memperoleh bom nuklir . Menurutnya, Teheran melakukan itu, bahkan ketika sedang bernegosiasi dengan negara-negara kekuatan dunia untuk memulihkan kesepakatan 2015 yang membatasi program nuklirnya.
“Tantangan keamanan kami sangat besar dan di daftar teratas adalah Iran,” kata Barnea pada upacara pelantikannya sebagai kepala badan mata-mata Zionis Israel itu, menggantikan Yossi Cohen, 1 Juni 2021.
“Ini perlu dikatakan dengan keras dan jelas: Iran sedang bekerja, bahkan pada saat ini, untuk memenuhi impian nuklirnya dengan kedok perlindungan internasional,” ujarnya.
Mossad adalah badan intelijen Israel untuk operasi di luar negeri. Badan inilah yang diklaim berhasil mencuri arsip program senjata nuklir Iran dari lokasi rahasia di negara para Ayatollah itu beberapa tahun lalu.
“Di bawah perlindungan perjanjian dan tanpa itu, dengan kebohongan dan penyembunyian, Iran membuat kemajuan konstan menuju program senjata pemusnah massal,” ujar Barnea, seperti dikutip Times of Israel.
Barnea, yang juga dikenal dengan panggilan akrabnya Dedi, menggantikan Cohen yang pensiun. Barnea pernah menjabat sebagai prajurit tempur di unit komando elite Sayeret Matkal dan telah berada di Mossad selama 25 tahun terakhir, termasuk dalam peran operasional terkemuka yang membuatnya bangkit untuk memimpin cabang yang menangani agen organisasi mata-mata di seluruh dunia tersebut.
Mengumumkan penunjukan Barnea pekan lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan tugas utamanya adalah “mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.”
Berbicara pada upacara pelantikan Barnea pada hari Selasa, Netanyahu mengatakan bahwa jika didorong untuk memilih antara berkurangnya gesekan dengan AS atau membela negara terhadap ancaman nuklir dari Iran, Israel akan memilih untuk menghadapi Republik Islam Iran.
“Israel harus melakukan segalanya untuk memastikan bahwa dalam keadaan apa pun Iran tidak mempersenjatai diri dengan senjata nuklir,” katanya.
“Ancaman terbesar terhadap kami adalah ancaman eksistensial yang dihadirkan oleh upaya Iran untuk mempersenjatai diri dengan senjata nuklir,” ujar Netanyahu.
“Dihadapkan dengan pilihan antara hubungan dengan AS atau menetralisir Iran, penghapusan ancaman eksistensial berlaku,” imbuh dia.
Perdana Menteri Israel itu mencatat bahwa dalam percakapannya baru-baru ini dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden bahwa dia telah menekankan bahwa apakah kekuatan dunia berhasil menghidupkan kembali kesepakatan 2015 yang bertujuan untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.
“Kami akan terus melakukan semua yang kami miliki untuk menggagalkan mempersenjatai Iran dengan senjata nuklir,” katanya.
Pada 2015, negosiasi perjanjian nuklir telah menghasilkan ketegangan antara Netanyahu dan presiden AS saat itu; Barack Obama. AS menarik diri dari perjanjian itu pada 2018 di era Presiden Donald Trump.