Kenakan Kaos Kuning, Ribuan Loyalis Kerajaan Thailand Turun ke Jalan
BANGKOK – Lebih dari 1.000 loyalis kerajaan Thailand berdemonstrasi untuk mendukung Raja Maha Vajiralongkorn, Selasa (27/10/2020). Aksi dilakukan di dekat tempat ribuan orang yang sebelumnya melakukan aksi demonstrasi menuntut reformasi monarki.
Aksi protes pro demokrasi yang dipimpin oleh pemuda dan mahasiswa dimulai di Thailand pada Juli untuk menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha – mantan penguasa militer – dan konstitusi baru, tetapi semakin berupaya mengekang kekuasaan monarki.
“Kami ingin menunjukkan dukungan dan dorongan kepada Yang Mulia,” kata Thatchapan Boriphet (57), salah satu peserta aksi, di Taman Lumphini di pusat kota Bangkok.
“Saya netral secara politik tetapi saya tidak tahan jika ada pelanggaran terhadap monarki,” imbuhnya seperti dikutip dari Reuters.
Sejauh ini, aksi demonstrasi para loyalis kerajaan Thailand jauh lebih kecil daripada puluhan ribu orang yang bergabung dalam protes terbesar melawan pemerintah.
Para pengunjuk rasa menuduh keterlibatan raja dalam politik dan berbaris ke kedutaan Jerman pada hari Senin untuk meminta penyelidikan apakah dia menggunakan kekuasaannya selama tinggal lama di Jerman, sesuatu yang menurut Berlin tidak dapat diterima.
Istana Thailand memiliki kebijakan untuk tidak berkomentar kepada media dan tidak memberikan komentar sejak dimulainya aksi protes.
Raja Maha Vajiralongkorn sendiri saat ini berada di Thailand.Aksi kaum loyalis mengambil hati pada akhir pekan ini ketika raja memuji sebagai orang yang “sangat berani” yang menentang pengunjuk rasa dengan memegang foto mendiang Raja Bhumibol Adulyadej, meski mendapat reaksi yang pedas dari para pengunjuk pro demokrasi
Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha telah mengabaikan tuntutan untuk mundur dan mengatakan krisis harus dibahas di parlemen, di mana pendukungnya mayoritas, selama sesi darurat pada hari Senin dan Selasa pekan ini.
Partai-partai oposisi mengatakan kepadanya bahwa dia harus mundur demi kebaikan negara dan berhenti menggunakan dukungan yang diproklamirkannya kepada monarki sebagai argumen untuk mempertahankan kekuasaan.
Lawan-lawan Prayuth mengatakan dia hanya mempertahankan kekuasaan pada pemilihan tahun lalu berkat aturan pemilihan dan konstitusi yang dibuat oleh junta militer yang dipimpinnya setelah kudeta 2014. Dia mengatakan bahwa pemungutan suara itu berlangsung adil.