Kekerasan Antargeng, 18 Tahanan di Honduras Disebut Tewas
NAGALIGA — Setidaknya 18 tahanan dilaporkan tewas dan 16 lainnya mengalami luka dalam kericuhan di dalam penjara di Tela, Honduras. Media setempat menyebut kerusuhan itu sebagai kekerasan geng.
Dikutip dari AFP, Lembaga Pemasyarakatan Nasional mengatakan 17 tahanan meninggal di dalam penjara itu dan seorang lainnya meninggal di rumah sakit.
Sejauh ini belum ada keterangan resmi soal pemicu perkelahian di kota pelabuhan yang berjarak sekitar 200 kilometer dari Tegucigalpa, ibu kota Honduras itu.
Pejabat penjara semula melaporkan hanya tiga kematian, tetapi jumlah korban kemudian bertambah. Sebuah pernyataan pada hari Sabtu (21/12) mengidentifikasi 14 orang yang tewas dan 15 yang terluka.
Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez, yang tengah berjuang melawan pembunuhan di dalam tahanan, telah memerintahkan tentara dan polisi untuk mengambil alih kendali atas 27 penjara di negara itu, Selasa (17/12). Lapas di Honduras sendiri dilaporkan penuh sesak alias over kapasitas dengan 21.000 tahanan.
Namun demikian, juru bicara penjara Tela Digna Aguilar mengatakan militer belum mengambil kendali penuh atas lapas tersebut.
Rangkaian Pembunuhan
Presiden sendiri mengumumkan itu setelah pembunuhan terhadap lima anggota geng yang ditakuti, Mara Salvatrucha (MS-13), oleh seorang tahanan di penjara dengan keamanan tingkat tinggi di La Tolva, pada 14 Desember.
Itu terjadi hanya sehari setelah Pedro Idelfonso Armas, kepala penjara El Pozo – penjara keamanan tinggi utama negara itu, di kota Santa Barbara, dibunuh.
Kementerian Keamanan sebelumnya menonaktifkan Armas karena diselidiki terkait keberadaannya saat pembunuhan 26 Oktober yang dilakukan oleh tahanan Magdaleno Meza, gembong narkoba yang pengakuan dan buku catatannya menghubungkannya dengan saudara lelaki presiden, Juan Antonio “Tony” Hernandez.
Buku rekening Meza dimasukkan sebagai bukti dalam persidangan Tony di New York, yang kemudian dihukum dengan empat tuduhan perdagangan narkoba. Dia kemungkinan menghadapi ancaman hukuman seumur hidup pada Januari.
Presiden Hernandez mengutuk putusan bersalah terhadap adik lelakinya, dengan mengatakan itu didasarkan pada “pengakuan para pembunuh bayaran”.
Honduras diketahui tengah dilanda perdagangan narkoba, perang antar-geng, kemiskinan, dan korupsi.
Negara ini memiliki tingkat pembunuhan tertinggi di dunia di luar daerah konflik bersenjata, dengan 41,2 kasus pembunuhan per 100.000 penduduk pada 2018.
Untuk melawan fenomena ini, Presiden Hernandez menciptakan pasukan polisi militer yang dibiayai oleh pajak baru, dan membangun penjara khusus untuk anggota geng.
Tingkat kejahatan ini menjadi faktor kunci di balik gelombang migrasi ke Amerika Serikat karena takut dipaksa masuk ke geng.