Wed. Sep 25th, 2024

Berita olahraga dan game online Trans7sport

Link altenatif Nagaliga : nagasuara.com ,trans7sport.com , Prediksinagaliga.com , nagaliga.xyz , nagaliga.me , nagaliga.info , nagaligasbo.com , nagaliga.best , nagaliga.club , nagaliga9.com , nagaligaqq.com , togelnagaliga.com

Kasus COVID Dunia Tembus 300 Juta, Pakar: Jangan Terlalu Fokus Angka

Infeksi COVID-19 secara global telah mencapai 300 juta kasus pada Kamis (6/1/2022). Butuh lebih dari satu tahun untuk mencatat 100 juta kasus corona pertama. Sementara, butuh waktu setengah tahun untuk mencatatkan 100 juta kedua dan hanya butuh waktu lima bulan untuk mencatatkan 100 juta berikutnya.

Dilansir dari The New York Times, kenaikan kasus yang relatif cepat adalah sebuah ironi, mengingat pada tahun kedua pandemik vaksin COVID-19 telah diproduksi dan didistribusikan ke berbagai negara.

Sayangnya, kesenjangan terhadap akses vaksin menyebabkan virus corona terus bermutasi, sehingga melahirkan varian baru yang lebih cepat menular dan mematikan.

1. Fauci usul supaya lebih fokus pada sistem kesehatan

Kasus COVID Dunia Tembus 300 Juta, Pakar: Jangan Terlalu Fokus Angka

Hal yang menarik adalah beberapa pakar justru berpendapat agar dunia tidak terlalu fokus pada jumlah kasus. Pasalnya, lonjakan infeksi di beberapa negara tidak disertai dengan peningkatan kematian dan rawat inap.

Pernyataan di atas merupakan refleksi atas varian Omicron yang dinilai tidak menimbulkan gejala parah pada pasiennya, tidak seberbahaya varian Delta atau varian asli SARS-CoV-2. Kendati begitu, para pakar tetap mengkhawatirkan lonjakan infeksi akan membebani sistem kesehatan.

“Jauh lebih relevan untuk fokus pada rawat inap,” kata epidemiolog Amerika Serikat (AS) sekaligus penasihat kesehatan Presiden Joe Biden, Anthony Fauci.

Sejauh ini, berdasarkan data Worldometer, COVID-19 telah membunuh sekitar 5,4 juta umat manusia.

2. COVID-19 tidak akan hilang sampai seluruh negara terbebas dari virus ini

Kasus COVID Dunia Tembus 300 Juta, Pakar: Jangan Terlalu Fokus Angka

Sekitar 60 persen populasi dunia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19, tetapi hampir tiga perempat dari semua suntikan diberikan di negara-negara kaya. Hal itu menjadikan populasi di Afrika dan Asia menjadi kelompok rentan.

World Health Organization (WHO) menyoroti ketimpangan vaksinasi COVID-19 sebagai penyebab pandemik yang tak kunjung berakhir. Kekhawatiran WHO sangat beralasan, mengingat saat ini negara-negara kaya mulai menggalakkan vaksinasi dosis booster, sementara di Afrika masih ada negara yang tenaga kesehatannya belum divaksinasi seluruhnya.

“Peningkatan demi peningkatan di sejumlah kecil negara tidak akan mengakhiri pandemik, sementara miliaran (orang) tetap tidak terlindungi sepenuhnya,” kata Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

3. COVID-19 akan menjadi endemik

Kasus COVID Dunia Tembus 300 Juta, Pakar: Jangan Terlalu Fokus Angka

Pakar kesehatan dari Universitas College London, Robert West, mengatakan bahwa peningkatan kasus yang tidak diiringi angka kematian dan rawat inap merupakan tanda bahwa COVID-19 akan menjadi endemik.

Dengan kata lain, umat manusia akan menghadapi virus corona layaknya flu.

“Ketika kita menghadapi gelombang pertama, banyak orang merasa bahwa kita bisa mengatasi badai ini dan kita akan terbebas pada musim panas 2020. Setelah itu segalanya akan cerah. Tapi, sekarang kita tahu bahwa itu tidak benar,” kata West.

Sebelum membahas peralihan status dari pandemik menuju endemik, WHO Eropa mengingatkan bahwa ancaman lain dari Omicron adalah lahirnya varian baru yang lebih mematikan.

“Semakin banyak Omicron menyebar, semakin banyak replikasi, semakin besar kemungkinan untuk melahirkan varian baru. Omicron dapat menyebabkan kematian, mungkin (ancamannya) lebih sedikit daripada Delta, tapi siapa yang tahu (ancaman) dari varian berikutnya,” kata petugas darurat senior WHO Eropa, Catherine Smallwood, dikutip dari AFP.

Leave a Reply

Categories

Social menu is not set. You need to create menu and assign it to Social Menu on Menu Settings.