Istri Carlos Ghosn Bantah Terlibat dalam Pelarian Suaminya
PARIS – Mantan istri mantan CEO Nissan Carlos Ghosn, Carole Ghosn, mengaku tidak tahu tentang pelarian suaminya dari Jepang. Dia hanya mengungkapkan pelarian itu sebagai “kemungkinan pilihan satu-satunya”.
Penegasan itu disampaikan setelah penyidik Jepang mengeluarkan daftar buronan untuk Carole. Jepang menyatakan Carole ikut andil dalam membantu pelarian suaminya dari Jepang. Ditegaskan kepada harian Prancis Le Parisien, Carole mengaku dirinya tak tahu menahu tentang pelarian Carlos Ghosn pada 29-30 Desember lalu dari Tokyo.
“Saya tidak mengetahui apa pun. Saya berada di Beirut dengan anak-anak merayakan Natal. Beberapa orang mengatakan kepada saya, ‘saya memiliki kejutan untukmu. Itu adalah hadiah terbaik dalam kehidupan saya!” ujar Carole.
Dia mengungkapkan, pelarian memang pilihan satu-satunya ketika dia (Ghosn) melihat pengadilannya ditunda tanpa ada kejelasan. “Dia (Ghosn) juga ditahan dalam kondisi yang menekan hak-haknya dengan tujuan untuk melemahkannya,” ujarnya. Carole menjelaskan, suaminya tidak mengajukan klaim tidak bersalah tentang apa yang dilakukannya.
“Suami saya hanya korban dalam skenario industri dan perang antara Renault dan Nissan,” katanya. Sementara kuasa hukum Ghosn melancarkan kritik terhadap Nissan Motor Co Ltd karena melakukan penyelidikan internal yang bias sehingga mendorong penangkapan klien mereka.
“Langkah Nissan itu bertujuan menghentikan upaya Ghosn mengintegrasikan Nissan dan mitra aliansinya asal Prancis, Renault SA,” paparnya. Mereka menyebutkan Nissan tetap mengutamakan independensinya sebagai tujuan khususnya. Mereka menyatakan Nissan tidak pernah sekali pun mencoba mewawancarai para eksekutifnya atau berbagai bukti.
Sebelumnya, Ghosn juga membantah semua tuduhan terhadapnya. Dia menganggap dirinya sebagai korban penikaman dari belakang dan konspirasi para eksekutif Nissan yang ingin menggagalkan merger dua perusahaan automotif dunia. Kuasa hukum Ghosn menuding Nissan mengizinkan Hari Nada, seorang eksekutif Nissan, yang melakukan penyelidikan terhadap Ghosn.
Mereka juga menuding firma hukum Latham and Watkins yang membantu penyidikan Nissan sebagai pihak yang tidak independen. “Penyelidikan Nissan juga gagal mengungkap bukti mantan CEO Hiroto Saikawan (pengganti Ghosn) yang mendapatkan kompensasi yang tidak seharusnya,” kata mereka.
Saikawa mengundurkan diri tahun lalu setelah mendapatkan pembayaran lebih yang menjadi pelanggaran prosedur internal. Melansir Japan Times, Nissan menyatakan akan tetap mengambil langkah hukum terhadap Ghosn yang merusak perusahaan. Mereka tetap akan meminta Ghosn bertanggung jawab atas pelanggan hukum yang dilakukannya. “Konsekuensi pelanggaran yang dilakukan Ghosn sangat signifikan,” ucap Nissan.
Nissan menyatakan penyelidikan internal menyebutkan Ghosn menyalahgunakan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi. Dalam wawancara dengan Fox Business, Ghosn mengungkapkan memiliki bukti aktual dan dokumen yang akan mengungkap skenario penggulingannya sebagai respons rencana merger Nissan dan Renault SA. Dia juga mengucapkan kekhawatiran karena gagal mendapatkan keadilan dalam sistem pengadilan Jepang.
Mengenai model pelarian Ghosn yang dikabarkan bersembunyi di dalam kotak alat musik, Menteri Transportasi Jepang Kazuyoshi Akaba mengungkapkan pemeriksaan bagasi besar kini akan diperketat. Pengetatan pemeriksaan dilaksanakan di Bandara Haneda, Narita, Chubu, dan Kansai.
Biasanya bagasi berukuran besar kerap tidak diperiksa detail oleh petugas. Sebelumnya, Duta Besar Jepang untuk Lebanon Takeshi Okubo bertemu Presiden Lebanon Michel Aoun dan menyebut pelarian Ghosn sebagai “hal mengecewakan”. Okubu pun meminta kerja sama lebih erat dengan Beirut untuk mengekstradisi Ghosn.